Di Desa Banjarsari, hibah sering diperhitungkan bagian dari warisan yang diberikan oleh orang tua kepada anak sebelum mereka meninggal, untuk menghindari konflik keluarga. Pembagian yang dilakukan masyarakat harusnya 1/3 harta yang dimiliki sesuai ketentuan KHI, namun kenyataannya masyarakat membagi melebihi batas maksimal harta dan terkadang dibagi sampai habis. Fokus yang dikaji dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana praktik hibah yang dijadikan sebagai antisipasi sengketa ahli waris di Desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik hibah sebagai antisipasi terjadinya sengketa ahli waris pada masyarakat Desa Banjarsari Kecamatan Gajah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam penelitian lapangan untuk memahami fenomena sosial secara menyeluruh. Data deskriptif dikumpulkan secara sistematis, dengan pendekatan yuridis-empiris yang mengamati realitas hukum di masyarakat serta bahan non-hukum yang relevan.
Praktik pembagian hibah biasanya dilakukan dengan membagi harta orang tua sebelum meninggal yang diperhitungkan sebagai warisan, pembagian dilakukan dengan cara diskusi keluarga, dan setelah semua dibagi oleh orang tua, mereka mengundang 2 saudara atau petugas balai desa untuk menjadi saksi. Tinjauan hukum Islam yang digunakan dalam praktik hibah ini menggunakakan maṣlaḥah mursalah karena pembagian yang dilakukan tidak diatur jelas di dalam nash, namun pembagian hibah ini berhasil mengantisipasi terjadinya sengketa dan membawa manfaat secara umum dalam keluarga.