Konflik peran ganda yang dialami oleh istri dalam masyarakat patriarki, di mana budaya, agama, dan hukum membatasi peran mereka. Sebuah analisis tentang konsep "mubādalah" oleh KH Faqihuddin Abdul Kodir menyoroti pentingnya kesetaraan dalam hubungan suami-istri melalui lima pilar pernikahan. Dalam perspektif fiqh, ada penekanan pada pentingnya wanita dalam memprioritaskan tugas domestik dan peran sebagai istri. Ada juga yang memperhatikan kesetaraan gender dalam pembagian tanggung jawab rumah tangga.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) menggunakan pendekatan normatif doktrinal dengan mengkaji literatur terkait dan mengambil data dari buku "Qira’ah Mubādalah Tafsir Progresif untuk Keadilan Gender dalam Islam". Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka/dokumentasi, dengan analisis data secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang objektif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep mubādalah dalam Islam memberikan landasan untuk memahami peran wanita dalam masyarakat modern, terutama dalam karir dan hak asasi manusia. Secara hukum Islam, mubādalah menunjukkan pendekatan inklusif yang memungkinkan adaptasi terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang berkembang, memungkinkan wanita berpartisipasi tanpa terbatas oleh tradisi kaku. Dalam hukum positif, mubādalah mendorong pemikiran tentang kesetaraan gender dan hak individu dalam karir, menegaskan pentingnya adaptasi agama terhadap realitas modern sambil mempromosikan prinsip-prinsip HAM seperti kebebasan dan martabat manusia.