Pemerkosaan mayat merupakan kejahatan yang sangat tidak manusiawi dan tergolong ke dalam pelanggaran kesusilaan yang melanggar kehormatan mayat karena di latar belakangi oleh nafsu seksual serta telah menyalahi kodrat manusia. Namun dalam hukum Indonesia belum diatur secara eksplisit mengenai pemerkosaan mayat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemerkosaan mayat ditinjau dari hukum pidana dan hukum pidana Islam.
Penelitian ini bersifat kualitatif jenisnya hukum normatif doktrinal dengan data bersumber dari kepustakaan atau library research dengan mengumpulkan data data, menyusun, menjelaskan dan menganalisa kemudian diinterpretasikan dan disimpulkan.
Penelitian ini menemukan dua temuan. Pertama, berdasarkan hukum pidana Pasal 271 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP bahwa frasa “memperlakukan jenazah secara tidak beradab” termasuk tindakan pemerkosaan mayat, karena melibatkan hubungan seksual dengan jenazah tanpa persetujuan, yang jelas-jelas melanggar norma-norma kemanusiaan dan etika sehingga pelaku pemerkosaan mayat dapat dijatuhi hukuman Pasal 271. Kedua berdasarkan hukum pidana Islam menurut pendapat pertama pelaku pemerkosaan mayat dijatuhi hukuman ta’zir karena tubuh mayat dianggap sudah rusak dan tidak berfungsi lagi sedangkan menurut pendapat kedua pelaku pemerkosa mayat dikenai hukuman had apabila tidak ada ikatan suami istri antara pelaku dan korban.