Penelitian ini bertujuan menganalisis relevansi pandangan Fazlur Rahman mengenai hukuman potong tangan bagi pencuri dalam konteks hukum Islam dan ketentuan Pasal 476 KUHP UU. No. 1 Tahun 2023 tentang tindak pidana pencurian. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis dan studi komparasi.
Fazlur Rahman menekankan pentingnya memahami syariat secara holistik dengan fokus pada maqashid syariah, yaitu menjaga kemaslahatan umat. Dalam teori hermeneutika double movement, Rahman berpendapat bahwa hukum Islam harus fleksibel dan responsif terhadap perkembangan zaman, termasuk dalam hal hukuman potong tangan yang tertuang dalam Al-Maidah ayat 38. Menurutnya, hukuman tersebut harus diganti dengan pendekatan yang lebih bermoral dan rehabilitatif, seperti penjara dan denda disertai rehabilitasi dan perbaikan ekonomi.
Pasal 476 KUHP UU. No. 1 Tahun 2023 menetapkan hukuman penjara dan denda, mempertimbangkan tingkat kerugian serta kondisi pelaku sebagai bentuk penerapan restoratif justice. Analisis komparatif menunjukkan bahwa keduanya berkontribusi pada prinsip keadilan moral dan kemanusiaan, dengan mengedepankan prinsip retributif dan restoratif guna menjaga kemaslahatan umat dan martabat manusia.