Ḥisāb adalah perhitungan yang dilakukan pada akhir hidup seseorang, yang dihitung seluruh baik buruknya perbuatan seseorang. Muḥāsabah adalah bentuk penilaian diri yang dilakukan dengan tujuan pemahaman diri yang lebih baik. Proses untuk merenung dan merencanakan tindakan untuk perbaikan diri dari hal baik dan buruk yang telah dilakukan. Ḥisāb dan muḥāsabah memiliki akar kata yang sama membuat penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang bagaimana korelasi antara lafal ḥisāb dan muḥāsabah dalam Al-Qur’ān Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan korelasi antara lafal ḥisāb dan muḥāsabah dalam Al-Qur’ān. Skripsi ini meneliti beberapa ayat yang berkaitan dengan tema penulis terhadap ḥisāb dan muḥāsabah. Penelitian ini berbasis pada literatur pustaka yang memiliki kaitan dengan objek yang dikaji sehingga penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang terdiri dari data primer dan sekunder, seperti kitab tafsīr, dan beberapa buku yang berkaitan dengan judul pembahasan. Adapun data yang diperoleh di analisis menggunakan metode maudhū’i yaitu menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan ḥisāb dan muḥāsabah disertai dengan masa turun ayatnya dan dipahami dengan ilmu dibantu kitab-kitab tafsīr dan buku yang mengenainya. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberitahu seseorang bahwa perlu lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Karena di dalam Al-Qur’ān sudah ditegaskan untuk harus melakukan muḥāsabah setiap waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketetapan Allah SWT atas segala yang terjadi di dunia ini juga ada hubungannya dengan ḥisāb. Ḥisāb dan muḥāsabah saling berkaitan karena nasib akhirat seseorang ditentukan oleh hasil ḥisābnya.