Masa sekarang ini, pernikahan sedang meningkat dari pernikahan dengan usia matang maupun pernikahan dengan usia dini. Dalam pernikahan memang terdapat berbagai macam permasalahan yang harus dihadapi oleh kedua pasangan antara suami dan istri. Namun, beberapa pasangan tidak dapat mengatasinya dengan baik dan bijak. Hal ini dikarenakan usia mereka yang masih muda atau pemikiran mereka yang salah ketika menghadapi suatu konflik. Zaman saat ini kebanyakan masyarakat belum faham mengenai bagaimana cara yang bijak untuk menghadapi permasalahan dalam rumah tangga tentunya dengan tuntunan Al-Qur’an. Bahkan mereka hanya menyimpulkan secara tekstual. Hanya sebagian masyarakat yang mampu memahami dan mempraktikkan secara kontekstual apa pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an sebagai solusi atas permasalahan rumah tangga yang terjadi. Melihat permasalahan tesebut penulis mencoba untuk mengangkat Q.S An Nisa ayat 34 tentang permasalahan dan penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga ini menurut penafsiran Hamka. Tujuan penelitian ini untuk memberikan penjelasan atas cara menyelesaikan konflik rumah tangga dengan bijaksana menurut Al-Qur’an serta memahami makna dari ayat tersebut. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif serta mengunakan pendekatan (Library research) penelitian kepustakaan untuk mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi ini. Sumber primer didapatkan dari Al-Qur’an dan Tafsir karya Hamka yang berjudul Tafsir Al-Azhar serta sumber sekunder diperoleh dari dokumen literatur pendukung yang terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga. Studi dokumentasi digunakan sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Analisis dari metode ini menghimpun dan menganalisis dokumen kemudian dibandingkan dan dipadukan agar menjadi kajian yang sistematis. Hasil penelitian ini diketahuin bahwa, penafsiran hamka tentang Q.S An Nisa 4:34 terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga ini cukup relevan. Dimana sebagian masyarakat mampu memaknai QS An-Nisa’34 ini dengan benar dan masyarakat mampu memaknai kata memukul dengan luas. Sehingga kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga ini bisa di minimalisir. Maka ini berarti masyarakat mampu memaksimalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dengan baik sebagai solusi juga petunjuk untuk menyelesaikan problem-problem kehidupan terutama rumah tangga. Untuk itu penafsiran Hamka ini bisa dijadikan pedoman untuk pasangan suami istri nantinya dalam berumah tangga, agar tercipta rumah tangga tanpa kekerasan.