Makna kata nafkhun dalam Al-Qur'an : studi analisis semantik Toshihiko Izutsu
Ulfa, Santika Maulida (2023) Makna kata nafkhun dalam Al-Qur'an : studi analisis semantik Toshihiko Izutsu. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
![[thumbnail of Skripsi_1904026156_Santika_Maulida_Ulfa]](https://eprints.walisongo.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Skripsi_1904026156_Santika_Maulida_Ulfa.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Al-Qur’an menjadi teks sentral yang menyimpan banyak makna. Untuk menemukan makna aslinya dibutuhkan landasan sosio-historis dari teks tersebut. Oleh karena itu, wahyu yang Allah turunkan dapat dipahami secara variatif dengan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan umat manusia. Begitu juga dengan kata nafakha, apabila ditelaah term-term nafkhun dalam al-Qur’an tidak hanya mengacu pada peniupan sangkakala maupun ruh. Adanya perbedaan makna nafkhun yang ditemukan dalam beberapa kamus bahasa ‘Arab dan Ensiklopedia al-Qur’an dengan makna yang terdapat di al-Qur’an menjadikan kata nafkhun penting untuk diungkapkan makna yang sebenarnya. Di kamus Lisanul ‘Arab dan Ensiklopedia Al-Qur’an karya M.Quraish Shihab, kata nafkhun dimaknai sebagai tiupan dan memiliki makna denotatif tiup dan tinggi. Sedangkan yang di al-Qur’an tidak ditemukan makna tinggi hanya makna tiupan yang dikeluarkan melalui lubang mulut. Oleh karena itu, penulis merasa pentik untuk menganalisis makna dari kata nafkhun secara utuh.
Jenis penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research) yakni dengan cara mengumpulkan berbagai literasi data yang berkaitan dengan materi. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah mentode analisis deskriptif.
Pada penelitian ini, penulis menemukan kata nafkhun dalam al-Qur’an dengan beberapa derivasinya sebanyak 20 kali dan terdapat pada 17 surah. Bedasarkan analisis semantik Toshihiko Izutsu, penulis menyimpulkan bahwa makna dasar kata nafkhun adalah tiup dan tinggi. Adapun makna relasionalnya yang ditinjau dari analisis sintagmatik bermakna tiupan. Begitu juga apabila ditinjau dari analisis paradigmatik bermakna tiupan dan memiliki makna yang sama dengan nuqira, naffātsāt, nafaha, dan rīh. Secara historis, pada periode pra-Qur’anik kata nafkhun dimaknai sebagai tiupan lembut yang disebabkan dikeluarkan lewat lubang mulut. Pada periode Qur’anik, kata nafkhun tetap dimaknai sebagai tiupan namun memiliki konteks makna yang berbeda apabila di iringi dengan kata lain seperti as-shūr, ar-rūh, dan at-thaīr. Hal ini dikarenakan pada masa Qur’anik ayat-ayat yang membahas tentang nafkhun digunakan Nabi sebagai media dakwah kepada kaumnya di masa itu. Sedangkan periode pasca-Qur’anik, makna nafkhun tidak mengalami perubahan yang signifikan. Akan tetapi terdapat penambahan makna yang ditemukan dalam penafsiran ayat-ayatnya. Dari pelbagai analisis yang dilakukan tersebut, maka dapat diketahui weltanschauung dari kata nafkhun yakni tiupan angin yang keluar dari lubang mulut, lebih dominan berpotensi positif.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Nafkhun; Tafsir Al-Quran; Semantik; Toshihiko Izutsu |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1228 Nonreligious subjects treated in the Al-Quran |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76231 - Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 07 Oct 2025 06:51 |
Last Modified: | 07 Oct 2025 06:51 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/28071 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year