Banjir bagian dari bencana alam. Di Al-Quran, banjir dijelaskan terjadi dalam ayat-ayat kisah. Yakni dalam kisah kaum Nuh, kaum Saba’, dan kaum nabi Musa AS. Pandangan ulama tentang banjir berdinamika. Maka disini peneliti berfokus pada pandangan penafsiran Al-Marāghi tentang banjir dalam Al-Quran, menurut Ahmad Mustafa Al-Marāghi dalam Tafsīr Al-Marāghi serta bagaimana hikmah banjir yang terjadi kepada umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran di zaman sekarang. Tafsīr Al-Marāghi dianggap sebagai kitab yang lebih mudah dipahami karena penjelasannya terkesan ringkas dan sederhana. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian library research. Penelitian ini menggunakan model kajian tokoh, dengan Ahmad Muṣṭāfā Al-Marāghi sebagai objek penelitian. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kitab Tafsīr Al-Marāghi.
Setelah mengumpulkan data-data terkait banjir melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan penafsiran dari kitab Tafsīr Al-Marāghi. Dan menganalisisnya, peneliti merumuskan kesimpulan dengan hasil akhir yaitu : (1) Banjir dalam pandangan Al-Marāghi adalah sebagai musibah, bala, dan azab bagi orang-orang yang kafir dan ingkar kepada Allah dan rasul-Nya. (2) Kemudian faktor terjadi banjir dalam penafsiran Al-Marāghi yaitu disebabkan oleh perbuatan mendustakan ayat-ayat Tuhan, perbuatan maksiat dan kekufuran. Adapun dampak banjir mengakibatkan korban jiwa dan rusaknya tanaman, buah-buahan serta tempat tinggal mereka. Terakhir hikmah dapat diambil dari banjir yang terjadi dalam Al-Quran adalah; menyadarkan kembali orang-orang yang kafir dan ingkar, memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, menunjukan rahmat Allah yang membuat teguran akan orang-orang yang kafir kembali ke jalan yang benar, memberikan keselamatan bagi orang yang bertakwa.