Upah mengupah menjadi hal yang sering terjadi di masyarakat. Dalam praktiknya masih ditemukan permasalahan terkait kurang terpenuhinya hak pekerja dalam penetapan upah. Home industri siomay Desa Ngadirgo turut melakukan praktik pengupahan namun upah yang diberikan masih di bawah ketentuan UMR Kota Semarang. Kesenjangan upah ini berpotensi merugikan pekerja home industri siomay Desa Ngadirgo.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut praktek pengupahan pada pekerja home industri siomay Desa Ngadirgo dan tinjauan hukum Islam tentang praktek pengupahan pada pekerja home industri siomay Desa Ngadirgo.
Jenis penelitian ini yuridis empiris dengan sumber data primer dan data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi yang kemudian dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian ini menyatakan Upah yang dilakukan di Home Industri Siomay Desa Ngadirgo termasuk pada jenis upah borongan yaitu upah diberikan sesuai dengan pekerjaan yang sudah dilakukan berdasarkan kesepakatan di awal dengan besaran 65% untuk pemilik usaha dan 35% untuk karyawan. Praktek pengupahan pada pekerja home industri siomay Desa Ngadirgo telah sesuai dengan Hukum Islam. Pengupahan yang dilakukan Home Industri Siomay Desa Ngadirgo secara tepat waktu dan saling menguntungkan baik karyawan maupun pelaku usaha sesuai dengan sumber hukum pengupahan yang tercantum pada QS. At-Thalaq 65:6 dan sistem hukum pengupahan yang baik dalam islam sebagaimana QS Al-Ahqaf: 19