Kehadiran teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam era society 5.0 dinilai sebagai ancaman serius terhadap eksistensi manusia. Teknologi tidak hanya membantu pekerjaan fisik, tetapi juga secara kognitif, membawa dampak signifikan pada kehidupan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis eksistensi manusia di era society 5.0 dari prespektif Nick Bostrom dan Sayyed Hossein Nasr. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan, dengan analisis komparasi dari prespektif kedua tokoh tersebut. Hasilnya, menurut Bostrom, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpotensi mengarah pada munculnya kecerdasan super atau superintelligence. Meskipun teknologi memiliki potensi besar untuk manfaat, namun juga membawa risiko eksistensial yang serius, seperti punahnya kehidupan berakal (existential risk). Sementara itu, Nasr menyatakan bahwa manusia modern mengalami krisis eksistensi, disebabkan oleh perubahan epistemologi zaman modern yang menekankan akal dan meninggalkan dimensi transenden dalam pusat eksistensi manusia. Kedua pemikir tersebut sama-sama memadang tentang progresivitas manusia. Namun Bostrom memandang peningkatan manusia melalui kemajuan teknologi dan evolusi kognitif. Sementara menurut Nasr puncak eksistensi manusia berada pada dimensi spiritual.