Ritual Malam Selikuran adalah sebuah tradisi yang berlangsung pada malam ke-21 bulan Ramadhan dan tradisi ini dikenal dengan berbagai kegiatan seperti tahlilan, pembacaan Al-Qur'an, dan doa bersama, yang bertujuan untuk mencari berkah dan ampunan di malam yang diyakini memiliki keutamaan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis ritual malam selikuran di Gunung Sumbing, Dusun Cepit, Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung pada perspektif Teologi Islam moderat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan wawancara. Hasil penelitian ini antara lain: 1) Tradisi Malam Selikuran di Gunung Sumbing, Dusun Cepit, Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, merupakan perpaduan antara praktik keagamaan dan budaya lokal. Dengan tahlilan, doa bersama, pembagian sedekah, dan pelestarian tradisi, acara ini memperkuat solidaritas komunitas dan memperkaya kehidupan spiritual masyarakat. Tradisi ini juga menjadi sarana penting dalam mentransmisikan nilai-nilai keagamaan dan budaya kepada generasi muda, memastikan kelestarian warisan budaya yang berharga dan 2) Teologi Islam moderat menekankan keseimbangan antara nilai-nilai agama yang universal dan kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat Muslim. Pada tradisi Malam Selikuran, perspektif teologi Islam moderat mengedepankan beberapa poin penting, antara lain: a) nilai ibadah dan spiritual, yaitu mampu memperkuat iman dan taqwa b) asimilasi budaya dan agama, c) pemberdayaan sosial dan solidarits dan d) pendekatan rasional dan konstekstual.