Feminisme menjadi permasalahan dalam kehidupan masyarakat karena dianggap bertentangan dengan tatanan sosial yang berlaku melalui berbagai pemikiran yang cukup meresahkan. Keresahan masyarakat terhadap feminisme dapat dilihat dari gerakannya yang berusaha membangun kesetaraan gender. Gerakan feminisme berlanjut dengan berusaha mempelajari cara pandang masyarakat terhadap media untuk menunjukkan eksistensi dan pemberdayaan perempuan. Feminis harus mengembangkan pemikirannya melalui teknologi seperti yang dibahas oleh Donna Jeanne Haraway. Tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji feminisme cyborg Donna Jeanne Haraway dalam film animasi yang berjudul The Sea Beast. Penelitian ini merupakan penelitian filsafat dengan objek material film The Sea Beast dan objek formal teori feminisme Donna Jeanne Haraway. Unsur metodis yang digunakan dalam menganalisis data adalah interpretasi, koherensi intern, deskripsi dan refleksi peneliti pribadi. Hasil dari penelitian yaitu menunjukkan bahwa perempuan dalam film The Sea Beast eksis dengan sendirinya digambarkan memiliki karakter yang kuat, berpandangan luas dan bebas meraih mimpinya tanpa adanya tekanan patriarki. Donna Jeanne Haraway menjelaskan bahwa sejarah perempuan dapat disusun kembali melalui teknologi. Penataan ulang sejarah perempuan melalui teknologi dapat dilihat dari kesetaraan dan keberagaman dalam Film The Sea Beast. Tokoh perempuan film The Sea Beast memiliki warna kulit berbeda yang menggambarkan keberagaman dan tidak ada diskriminasi atas ras maupun kelas karena struktur sosial telah disusun ulang di dalam cerita. Film The Sea Beast memberikan gambaran perempuan memiliki akses kekuatan dan kekuasaan dari tokoh Maisie yang berani mengungkapkan kebenaran monster laut kepada seluruh masyarakat kerajaan. Maisie, Sarah dan Merino menampilkan identitas perempuan dalam teknologi berupa citra dan makna yang membangun, sehingga ambivalensi feminisme dapat tersampaikan dalam film The Sea Beast.