Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pandangan ulama Kabupaten Grobogan dalam menyikapi skema murur dan tanazul pada musim haji 2024. Tambahan kuota sebanyak 20.000 menjadi kabar gembira bagi umat Islam di Indonesia. Permasalahan kompleks yang sering terjadi pada musim-musim haji sebelumnya yaitu terkait dengan penumpukan jemaah di area- area tertentu seperti Muzdalifah dan Mina, bertambahnya kuota yang diberikan tapi minimnya tempat yang disediakan menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah Indonesia terutama pada kesehatan jemaahnya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pegumpulan data menggunakan wawancara yang memiliki sumber primer dari ulama MUI, NU, dan PDM Kabupaten Grobogan. Narasumber dalam penelitian ini di pilih dengan teknik purposive sampling yaitu memilih informan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait skema murur dan tanazul pada musim haji 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulama Kabupaten Grobogan setuju dengan adanya skema murur dan tanazul pada musim haji 2024, dengan kriteria bagi skema murur yaitu jemaah haji lansia, risiko tinggi, dan pendamping, sedangkan untuk skema tanazul diperuntukkan bagi jemaah yang memiliki kesehatan fisik kuat, karena memerlukan tenaga yang ekstra untuk berjalan kembali menuju penginapan karena belum adanya transportasi yang diperuntukan bagi jemaah haji yang ingin melakukan tanazul, hanya penginapan Raudhah dan Syiyah saja karena jaraknya yang relative dekat.