Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi krisis yang diterapkan oleh Humas Pondok Pesantren Multazam Islamic Boarding School Semarang pasca insiden kecelakaan pada 22 September 2023. Insiden tersebut berdampak pada reputasi lembaga dan penurunan jumlah pendaftar santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teori manajemen krisis menurut Iriantara (identifikasi, analisis, isolasi, strategi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pondok berhasil mengidentifikasi krisis secara cepat, melakukan analisis penyebab, serta mengisolasi isu agar tidak meluas ke ranah publik secara negatif. Strategi komunikasi yang digunakan tidak langsung melakukan klarifikasi terbuka ke publik, namun memilih pendekatan interpersonal melalui permintaan maaf langsung, kompensasi, serta kegiatan doa bersama.
Langkah strategis dilanjutkan dengan program-program yang memperkuat citra seperti Multazam Cup, Multazam Fest, dan program Multazam Goes to School. Strategi ini bertujuan untuk membangun kembali kepercayaan publik dan menunjukkan bahwa pondok tetap aktif dan produktif.
Strategi diam (silence strategy) yang diterapkan secara sadar menjadi temuan penting karena menunjukkan efektivitas pendekatan berbasis kultural dan nilai religius dalam menangani krisis di lembaga berbasis komunitas. Penelitian ini menyarankan pengakuan strategi diam sebagai salah satu kategori dalam pendekatan komunikasi krisis, terutama di lembaga pesantren atau institusi keagamaan.