Praktik sende merupakan praktek gadai yang dilakukan oleh rahin sebagai pemberi gadai kepada murtahin sebagai penerima gadai dengan sawah sebagai barang jaminannya (marhun). Masyarakat yang mempunyai adat/kebiasaan praktek sende ini salah satunya masyarakat Desa Ngluntas, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak. Namun, sawah yang digadaikan tersebut dimanfaatkan oleh murtahin untuk menanam dan memanen padi selagi rahin belum melunasi hutangnya tanpa seizin rahin dan tidak terdapat batas waktu dalam penebusan objek jaminan serta tidak ada kesepakatan ketika murtahin masih dalam masa panen sedangkan rahin sudah melunasi hutangnya.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum Normatif Empiris dengan jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (field research). Adapun sumber data dari penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sekunder dengan metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil Penelitian dalam penulisan ini yaitu: Pertama, Praktik ini ditinjau dari teori gadai sah dan diperbolehkan. Murtahin diperbolehkan memanfaatkan sawah (marhun) dengan seizin rahin apabila dalam pemanfaatannya tersebut tidak mengurangi atau merusak nilai materiil marhun dan tidak merugikan kedua belah pihak. Kedua, Praktek sende ini termasuk dalam bentuk/sifat ‘urf amali karena berkaitan dengan muamalah dan termasuk dalam ‘urf al’am karena tradisi sende tidak hanya di Desa Ngluntas tetapi ada di daerah lain namun hanya berbeda penyebutannya. Secara keabsahannya, praktek ini termasuk ‘urf al-shahih karena tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.