Eksistensi kesenian kuda lumping di era kontemporer : studi pada Paguyuban Kridho Santoso Kelurahan Bandungan, Kabupaten Semarang
Astuti, Kristina Wibi (2025) Eksistensi kesenian kuda lumping di era kontemporer : studi pada Paguyuban Kridho Santoso Kelurahan Bandungan, Kabupaten Semarang. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Skripsi_1806026121_Kristina_Wibi_Astuti.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (2MB)
Abstract
Kesenian tradisional merupakan sebuah kearifan budaya dan dipandang sebagai suatu keunikan dalam suatu daerah. Kesenian tradisional dalam suatu daerah harus terus dipertahankan eksistensinya agar tidak hilang dan dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Salah satu kesenian daerah yang masih eksis hingga saat ini adalah kuda lumping Paguyuban Kridho Santoso yang ada di Bandungan. Paguyuban ini merupakan paguyuban yang berdiri hampir 50 tahun dan masih eksis hingga saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara paguyuban Kridho Santoso mempertahankan eksistensinya hingga saat ini.
Jenis penelitian lapangan secara langsung dengan metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui secara langsung mengenai fenomena yang terjadi agar penulis dapat mendefinisikan peristiwa, fenomena, atau interaksi sosial dalam masyarakat sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan dengan lebih baik tentang bagaimana paguyuban Kridho Santoso dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dan sumber data sekunder yang berasal dari sumber tertulis baik dari buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi dan data lain yang relevan dengan penelitian ini. Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bagaimana paguyuban kesenian kuda lumping Kridho Santoso Bandungan melakukan berbagai cara untuk tetap mempertahankan eksistensinya hingga saat ini yaitu dengan cara mengadaptasi berbagai kesenian yang sudah ada kemudian dimodifikasi ulang agar lebih menarik penonton baik dari segi tata rias, busana, aksesoris, tarian, dan juga musik. Selain itu mereka juga melakukan adaptasi dan modifikasi dalam hal promosi. Berbagai kalangan masyarakat juga berpengaruh besar dalam proses bertahannya kesenian ini. Selain itu, pemeliharaan pola yang sudah terbentuk atau latency juga dapat meminimalisir hambatan dalam tujuannya mempertahankan eksistensi kesenian Kuda Lumping. Hal ini sejalan dengan teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons (1977) dimana sistem dapat bertahan dengan empat imperatif fungsional, yaitu Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency.
ABSTRACT:
Traditional arts are a cultural wisdom and are seen as a uniqueness in a region. Traditional arts in an area must continue to be maintained so that they are not lost and can be enjoyed by the next generation. One of the regional arts that still exists until now is the Kridho Santoso Lumping Horse Association in Bandungan. This association has been established for almost 50 years and still exists until now. This research was conducted to find out how the Kridho Santoso association maintains its existence until now.
This type of field research is conducted directly with qualitative methods to find out directly about the phenomena that occur so that the author can define events, phenomena, or social interactions in society so that researchers can make better conclusions about how the Kridho Santoso community can maintain its existence until now. The data sources used by the authors are primary data sources obtained from the results of interviews and secondary data sources derived from written sources, both from books, scientific magazines, personal documents, official documents and other data relevant to this research. The data collection methods in this study are observation, interviews, and documentation.
The results obtained from this study are how the Kridho Santoso Bandungan lumping horse art association does various ways to maintain its existence until now, namely by adapting various existing arts and then re-modifying them to attract more audiences in terms of makeup, clothing, accessories, dance, and music. In addition, they also adapt and modify in terms of promotion. Various circles of society also have a great influence on the process of survival of this art. In addition, the maintenance of patterns that have been formed or latency can also minimize obstacles in the goal of maintaining the existence of the Lumping Horse art. This is in line with the theory of Structural Functionalism proposed by Talcott Parsons (1977) where the system can survive with four functional imperatives, namely Adaptation, Goal Attainment, Integration, and Latency.
| Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Kuda lumping; Kesenian; Adaptasi; Kontemporer |
| Subjects: | 300 Social sciences > 306 Culture and institutions |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > 69201 - Sosiologi |
| Depositing User: | Miswan Miswan |
| Date Deposited: | 21 Nov 2025 06:19 |
| Last Modified: | 21 Nov 2025 06:19 |
| URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/28350 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year
