Pernikahan anak : kajian sosiologis pada film Dua Hati Biru

Nisrina, Arij Marsha (2025) Pernikahan anak : kajian sosiologis pada film Dua Hati Biru. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_2106026014_Arij_Marsha_Nisrina] Text (Skripsi_2106026014_Arij_Marsha_Nisrina)
Skripsi_2106026014_Arij_Marsha_Nisrina.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (7MB)

Abstract

Pernikahan anak merupakan salah satu praktik pernikahan yang dilakukan oleh pasangan berusia dibawah 18 tahun atau bahkan dengan orang dewasa. Praktik pernikahan anak cenderung akan membawa para pelakunya terpaksa menghadapi realita kehidupan keluarga yang mengalami disfungsi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana realitas pernikahan anak yang digambarkan pada film “Dua Hati Biru” serta mengetahui cara penyelesaian masalah keluarga yang muncul di dalam pernikahan anak pada film “Dua Hati Biru”, sehingga hal ini dapat menjadi sarana edukatif ataupun tempat pembelajaran untuk masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian media (media research) dengan metode kualitatif, kemudian pendekatan yang digunakan adalah deskriptif yaitu upaya menjelaskan suatu fenomena atau realitas sosial yang terjadi. Data yang telah digunakan dalam penelitian ini terdapat dua jenis, diantaranya data primer berupa film drama keluarga Indonesia berjudul “Dua Hati Biru” dan data sukunder yang peneliti gunakan dari berbagai bentuk, seperti jurnal, skripsi, buku, dan web digital. Penelitian ini memakai dua teknik pengumpulan data, observasi dan dokumentasi melalui pengamatan serta pengambilan potongan scene pada film “Dua Hati Biru”. Maka, teknik analisis data pada penelitian ini adalah semiotika atau teknik untuk mengkaji tentang pemaknaan dari suatu tanda. Model semiotika yang dipakai milik Ferdinand de Saussure, yang membagi tanda ke dalam dua bentuk, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall untuk menjelaskan proses representasi terkait realitas pernikahan anak.
Hasil penelitian kali ini menunjukkan bahwa representasi terkait pernikahan anak pada film “Dua Hati Biru” melihatkan kondisi kehidupan keluarga yang sering kali mengalami berbagai macam pemasalahan. Hal tersebut diantarnya, pergaulan bebas faktor dari pernikahan anak, terganggunya kesehatan reproduksi, ekonomi tidak stabil, dan hubungan keluarga tidak harmonis. Permasalahan inipun kembali berdampak terhadap anak yang dilahirkan, diantaranya yaitu kualitas lingkungan hidup anak yang tidak baik, anak tidak mendapat perhatian yang cukup, hilangnya fungsi perlindungan terhadap anak, dan terganggunya mental dan emosional anak. Melalui penyampaian pesan representasi terkait kondisi keluarga tersebut, peneliti mengungkap makna bahwa pernikahan anak lekat terjadinya disfungsi keluarga. Sehingga, adapun representasi terkait upaya yang dilakukan untuk menciptakan ketahanan keluarga, seperti mengikuti pelatihan keluarga, mengakui kesalahan dan meminta maaf, memaksimalkan potensi diri dalam dunia kerja, serta menciptakan waktu berkualitas keluarga. Selain itu, terdapat upaya untuk menciptakan karakter berkualitas pada anak yang dilahirkan, seperti melakukan konseling psikolog anak serta menanamkan nilai agama dan moral anak. Maka, pengungkapan makna pada representasi ini, dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat untuk memahami realitas pernikahan anak yang akan memberi dampak negatif kepada pelakunya.

ABSTRACT:
Child marriage is one of the marriage practices carried out by couples under the age of 18 or even with adults. The practice of child marriage tends to lead the perpetrators to be forced to face the reality of dysfunctional family life. Therefore, this research aims to find out how the reality of child marriage is depicted in the movie “Dua Hati Biru” and find out how to solve family problems that arise in child marriage in the movie “Dua Hati Biru”, so that this can be an educational tool or a place of learning for the community.
This research uses a type of media research with qualitative methods, then the approach used is descriptive, which is an effort to explain a phenomenon or social reality that occurs. There are two types of data that have been used in this research, including primary data in the form of an Indonesian family drama film entitled “Dua Hati Biru” and secondary data that researchers use from various forms, such as journals, theses, books, and digital web. This research uses two data collection techniques, observation and documentation through observation and taking pieces of scenes in the movie “Dua Hati Biru”. So, the data analysis technique in this research is semiotics or a technique to study the meaning of a sign. The semiotic model used belongs to Ferdinand de Saussure, who divides the sign into two forms, namely the signifier and the signified. This research uses Stuart Hall's representation theory to explain the representation process related to the reality of child marriage.
The results of this study show that the representation of child marriage in the movie “Dua Hati Biru” shows the conditions of family life that often experience various kinds of problems. These include promiscuity as a factor of child marriage, disruption of reproductive health, unstable economy, and disharmonious family relationships. These problems also have an impact on the children who are born, including the quality of the child's living environment that is not good, the child does not receive sufficient attention, the loss of the function of protecting children, and the mental and emotional disruption of children. Through the delivery of representation messages related to family conditions, researchers uncovered the meaning that child marriage is closely related to family dysfunction. Thus, there are representations related to efforts made to create family resilience, such as attending family training, admitting mistakes and apologizing, maximizing self-potential in the world of work, and creating family quality time. In addition, there are efforts to create quality character in children who are born, such as counseling child psychologists also instilling religious and moral values in children. Thus, the disclosure of meaning in this representation can influence people's perspective to understand the reality of child marriage, which will have a negative impact on the perpetrators.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Pernikahan anak; Film; Representasi; Encoding & decoding; Semiotika
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > 69201 - Sosiologi
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 25 Nov 2025 04:23
Last Modified: 25 Nov 2025 04:23
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/28422

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics