Konstruksi maskulinitas pada pegawai laki-laki di salon kecantikan : studi di Salon Mojang Kecantikan, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Pratiwi, Icha Arzeti (2025) Konstruksi maskulinitas pada pegawai laki-laki di salon kecantikan : studi di Salon Mojang Kecantikan, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Skripsi_2106026103_Icha_Arzeti_Pratiwi.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (10MB)
Abstract
Konsep maskulinitas sebagai konstruksi sosial budaya seringkali dilekatkan dengan karakteristik tertentu seperti kekuasaan, ketabahan, dan kemandirian, yang berujung pada fenomena toxic masculinity. Fenomena ini membatasi laki-laki dalam mengekspresikan emosi atau memilih pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan citra maskulin tradisional seperti di sektor kecantikan. Toxic masculinity juga menjadi persoalan serius dalam diskursus gender karena dapat berdampak pada kesehatan mental laki-laki bahkan dalam kasus ekstrem dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Namun seiring berkembangnya zaman, nilai-nilai terkait maskulinitas mulai mengalami perubahan tanpa menghilangkan makna yang terkandung didalamnya. Hairstylist laki-laki mencerminkan adanya perubahan dalam konstruksi maskulinitas, mengingat profesi di bidang kecantikan seringkali dianggap bertentangan dengan stereotip gender maskulin. Dengan layanan perawatan rambut yang beragam dan komposisi pegawai yang inklusif, Salon Mojang menjadi representasi keberagaman gender di tempat kerja. Penelitian ini menganalisis persepsi pekerja laki-laki terhadap profesinya serta konstruksi maskulinitas di salon kecantikan berdasarkan teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann melalui dialektika eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena konstruksi maskulinitas pada pegawai laki-laki di Salon Mojang Kecantikan yang mencerminkan toxic masculinity, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Studi ini berfokus pada bagaimana maskulinitas dipahami dan direkonstruksi dalam konteks pekerjaan di industri kecantikan yang kerap diasosiasikan dengan femininitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif guna menjelaskan mengenai latar belakang individu melakukan suatu Tindakan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan Teknik observasi non partisipatif, wawancara mendalam, kajian pustaka melalui buku, artikel, jurnal, atau penelitian terdahulu. Informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang dengan kriteria pemilik salon, pegawai laki-laki, pegawai perempuan, dan pelanggan. Data dianalisis menggunakan Teknik induktif dari Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pendekatan ini memungkinkan pengumpulan data yang mendalam dan naratif sesuai dengan tujuan penelitian untuk menggambarkan fenomena secara alamiah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa toxic masculinity di Salon Mojang muncul akibat konstruksi maskulinitas tradisional yang didominasi nilai-nilai patriarki dan menghasilkan dualitas persepsi, di mana stigma sosial seringkali memunculkan tantangan dalam membuktikan profesionalisme mereka. Namun, melalui proses interaksi sosial yang dinamis, nilai dan norma baru mulai terbentuk, menciptakan transformasi maskulinitas yang lebih inklusif. Proses ini mencerminkan tiga tahapan dalam teori konstruksi sosial: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Faktor internal seperti kepribadian dan latar belakang keluarga, serta faktor eksternal seperti teknologi dan budaya turut mempengaruhi dinamika ini. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa konstruksi maskulinitas dapat berubah seiring waktu dan menciptakan pemahaman baru tentang maskulinitas di dunia kecantikan yang tidak hanya berbasis pada kekuatan fisik, tetapi juga keterampilan, empati, dan profesionalisme.
ABSTRACT:
The concept of masculinity as a socio-cultural construct is often associated with specific characteristics such as power, resilience, and independence, which ultimately lead to the phenomenon of toxic masculinity. This phenomenon restricts men from expressing emotions or pursuing occupations deemed inconsistent with traditional masculine ideals, such as those in the beauty industry. Toxic masculinity is also a serious issue in gender discourse, as it can impact men's mental health and, in extreme cases, lead to suicide. However, as society evolves, values related to masculinity have begun to shift without erasing their inherent meaning. Male hairstylists reflect this transformation in the construction of masculinity, considering that professions in the beauty industry are often perceived as conflicting with traditional masculine stereotypes. With diverse hair care services and an inclusive workforce, Salon Mojang represents gender diversity in the workplace. This study analyzes male workers' perceptions of their profession and the construction of masculinity in beauty salons based on Berger and Luckmann's social construction theory, examined through the dialectical processes of externalization, objectivation, and internalization.
This study aims to examine the phenomenon of masculinity construction among male employees at Salon Mojang Kecantikan, which reflects toxic masculinity, in Bungursari District, Purwakarta Regency, West Java. The study focuses on how masculinity is understood and reconstructed in the context of work in the beauty industry, which is often associated with femininity. This research uses a qualitative method with a descriptive approach to explain the background of individuals' actions. Data collection was carried out using non participatory observation techniques, in-depth interviews, and literature reviews through books, articles, journals, or previous studies. The informants in this study numbered seven people, including salon owners, male employees, female employees, and customers. The data were analyzed using the Miles and Huberman method, which includes data reduction, data presentation, and conclusion drawing. This approach allows for in-depth and narrative data collection in line with the study's objectives to describe the phenomenon naturally.
The results of the study show that toxic masculinity at Salon Mojang arises from the construction of traditional masculinity dominated by patriarchal values, leading to a duality of perception, where social stigma often presents challenges in proving their professionalism. However, through a dynamic process of social interaction, new values and norms begin to form, creating a more inclusive transformation of masculinity. This process reflects three stages in the social construction theory: externalization, objectivation, and internalization. Internal factors such as personality and family background, as well as external factors like technology and culture, also influence this dynamic. The findings of this study confirm that the construction of masculinity can change over time, creating a new understanding of masculinity in the beauty industry that is not solely based on physical strength but also on skills, empathy, and professionalism.
| Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Toxic masculinity; Maskulinitas; Laki-laki; Salon kecantikan; Tempat kerja |
| Subjects: | 300 Social sciences > 305 Social groups > 305.3 People by gender or sex |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > 69201 - Sosiologi |
| Depositing User: | Miswan Miswan |
| Date Deposited: | 28 Nov 2025 01:37 |
| Last Modified: | 28 Nov 2025 01:37 |
| URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/28454 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year
