Zakat dan utang piutang memiliki peran yang sama yaitu membantu meringankan beban orang yang membutuhkan. Menariknya, terkadang pihak pemberi zakat (muzakki) dan orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) memiliki hubungan utang piutang, sehingga ditemukan praktik pembayaran zakat dengan piutang. Di sini penulis tertarik untuk menelitinya dengan mengacu pada dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana praktik pembayaran zakat dengan piutang di Desa Tambakselo, Kec. Wirosari, Kab. Grobogan. Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembayaran zakat dengan piutang di Desa Tambakselo, Kec. Wirosari, Kab. Grobogan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan yuridis empiris. Data dalam penelitian diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait. Adapun metode analisis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan bahwa praktik pembayaran zakat dengan piutang di Desa Tambakselo, Kec. Wirosari, Kab. Grobogan dilakukan oleh Ibu A, sebagai muzakki, membebaskan utang Ibu S sebagai bentuk pembayaran zakat. Menurut tinjauan hukum Islam dalam praktik tersebut fuqoha mempunyai dua pendapat: pertama, beberapa fuqoha seperti Ibnu Hazm, Hasan al-Bashri, Atha’ dan Syi'ah Imamiyyah (Ja'fariyyah) membolehkan pembebasan utang sebagai pengganti zakat. Kedua, mayoritas ulama, para imam empat madzhab, Syi'ah Ibadiyyah, Zaidiyyah, Snufyan ats Tsauri, Abu Ubaid dan Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily menolak praktik ini karena dianggap tidak memenuhi syarat tamlik, yaitu pemindahan hak milik secara langsung kepada mustahiq zakat.