Penyebab kegagalan penerapan penguatan lembaga di sekolah atau madrasah, terfokus pada dua kelemahan peran kepemimpinan lembaga pendidikan, yaitu; pertama, pemimpin lembaga pendidikan belum menemukan model pendekatan yang memanusiakan manusia, sehingga penting adanya seorang pemimpin yang humanis dan hal ini menjadi perhatian penting oleh pemikir Islam, salah satunya al-Ghazālī membahas lebih khusus tentang kepemimpinan, yang mengarah pada keinginan adanya seorang pemimpin yang humanis. Penelitian ini penelitian kualitaif deskriptif dengan bentuk intelectual biography. Pengumpulan data dilakukan dengan metode library research dan dianalisis dengan metode content analisis dan analisis deduktif. Hasil penelitian menunjukkan : 1) Pemikiran al-Ghazālī tentang kepemimpinan humanistik didasarkan pada pemimpin menurut ajaran Islam, pemimpin yang tertanam dalam dirinya adil pada bawahannya, tidak menyepelekan bawahan, dermawan dan jiwa melayani. 2) Implementasi kepemimpinan humanistik dalam pendidikan Islam menurut al-Ghazālī berfokus pada pengimplementasian kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan mengutamakan kebaikan bersama. Pemimpin harus mengelola organisasi dengan keadilan, menghindari kezaliman, dan memberi teladan yang baik. Kepemimpinan ini juga menghargai bawahan, membangun semangat kolektivitas, dan menjaga keharmonisan moral serta spiritual. Selain dermawan dalam materi, pemimpin juga perlu memberi perhatian, waktu, dan usaha untuk kebaikan bersama. Kepemimpinan yang melayani, penuh empati, dan akhlak mulia akan menciptakan hubungan saling percaya, loyalitas, dan semangat untuk mencapai tujuan bersama di lingkungan pendidikan.