Sudah tidak bisa disangkal lagi bahwa kecerdasan emosional merupakan hal yang mutlak dimiliki dan diperlukan manusia untuk bisa selamat dalam hidup didunia maupun akhirat. Sebagai wujud dari kecerdasan emosional itu adalah manusia mampu mengendalikan kesenagan-kesenangan kurang baik yang melekat pada dirinya.
Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melaikan pada karakteristik pribadi. Disinilah faktor keluarga, lingkungan sekolah maupun dirinya sendiri sangat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi dan sikap anak. Kasih sayang, perawatan dan pendidikan yang diberikan orang tua baik itu pendidikan agama maupun yang lain merupakan faktor yang paling baik dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik pula.
Lingkungan sekolah baik itu sekolah regular maupun sekolah alam secara sestematis juga memberikan bimbingan pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik menyangkut aspek moral spiritual, entelektual, emosional maupun sosial. Tetapi metode pembelajaran yang diberikan pendidik kepada siswa sekolah regular dan sekolah alam itu berbeda, siswa yang belajar di sekolah regular setiap harinya hanya disuruh belajar di dalam kelas dan diberi materi saja tanpa harus mengengetahui langsung materi yang dipelajarinya. Sedangkan disekolah alam siswa belajar dilapangan langsung tentang materi yang diberikan oleh guru, siswa akan dikembalikan kepada fitrahnya yaitu belajar sesuai kemampuan (tanpa harus dipaksa untuk belajar mata pelajaran yang diwajibkan), dan kembali akrab dengan alam. Dengan konsep ini siswa akan lebih menghayati apa yang dipelajarinya serta tidak membosankan. Alam, kehidupan, dan lingkungan di manfaatkan sebagai media pembelajaran sehingga siswa siap dalam menghadapi kehidupan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Bagaimana kecerdasan emosional (EQ) yang dihasilkan oleh metode pembelajaran reguler dan metode pembelajaran sekolah alam, 2). Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perbedaan kecerdasan emosional (EQ) antara metode pembelajaran reguler dan metode pembelajaran sekolah alam. Untuk menjawab persoalan diatas maka peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini penulis mengambil 20 siswa kelas II dari Sekolah SMP Islam Al-Kaustar dan 10 siswa kelas II dari SMP Sekolah Alam Ar-Ridha sebagai obyek penelitian melalui kuesioner dan selanjutnya dari hasil angket tersebut dihitung dengan menggunakan rumus prosentase. Dengan tujuan untuk menentukan tinggi rendahnya prosentase dari kecerdasan emosional siswa kelas II Sekolah SMP Islam Al-Kaustar dan siswa kelas II SMP Sekolah Alam Ar-Ridha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor pendukung maupun faktor penghambat kecerdasan siswa kelas II Sekolah SMP Islam Al-Kaustar dan siswa kelas II SMP Sekolah Alam Ar-Ridha adalah sama, yang membedakan hanyalah faktor lingkungan sekolah beserta pembelajarannya, dan dari faktor yang timbul dari dalam diri siswa-siswa itu sendiri. Sedangkan kecerdasan emosional siswa kelas II Sekolah SMP Islam Al-Kaustar dan siswa kelas II SMP Sekolah Alam Ar-Ridha yang telah dihitung dengan menggunakan hitungan prosentase menunjukkan bawa kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kelas II SMP Sekolah Alam Ar-Ridha lebih tinggi dari pada kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kelas II Sekolah SMP Islam Al-Kautsar.