Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) merupakan badan usaha yang salah satu usahanya adalah menghimpun dana dari anggota/calon anggota dan menyalurkan kembali kepada anggota/calon anggota dalam bentuk pembiayaan. Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi linkungan eksternal dan internal KJKS mengalami perkembangan pesat, KJKS akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko-risiko tersebut tidak bisa dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu sebagai lembaga keuanan pada umumnya, KJKS juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko. Dalam melakukan pembiayaan, KJKS akanmenghadapi risiko. Mengingat sebagian besarKJKS masih mengandalkan sumber pendapatanutamanya dari bisnis pembiayaan maka risiko pembiayaan perlu dikelola secara tepat agar likuiditasnya dapat terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah “Bagaimanakah implementasi manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di KJKS BINAMA SemarangdanBagaimana manajemen risiko pembiayaan dalam upaya menjaga likuiditas KJKS BINAMA Semarang”. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif dan memakai analisis deskriptif. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan penerapan manajemen risiko pembiayaan di KJKS BINAMA Semarang sebagai upaya menjaga likuiditasnya. Selanjutnya data-data dikumpulkan dengan menggunakan metode interview, wawancara dan dokumentasi kemudian peneliti dianalisis dan pembuatan kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini adalah: penerapan manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan KJKS BINAMA ada pada proses pembiayaan yang meliputi: pemasaran, prosedur pembiyaan, pengawasan (monitoring) dan pembinaan pembiayaan, pengelolaan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Dalam hal ini KJKS BINAMA sudah efektif dalam melaksanakan teori penerapan manajemen risiko pembiayaan, Analisis pembiayaan yang digunakan adalah dengan metode 5C dan 1S. akan tetapi pada tahun 2013 kemampuan KJKS BINAMA dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya kurang aman, karena penilaian likuiditas pada FDRtahun 2012 sebesar 100,65% dan pada tahun 2013 sebesar 111,87%melebihi 110% dari ketentuan FDR untuk KJKS, kemudian penilaian likuiditas pada Cash Ratio pada tahun 2012-2013 masing-masing 119,25% dan 125,70%%., Prosentase Reserve pada tahun 2012-2013 masing-masing 13,36% dan 12,77%, Financing to Asset Ratio pada tahun 2012-2013 masing-masing75,12% dan 81,41%., dinyatakan aman. Dari keadaan tersebut KJKS BINAMA harus menurunkan pemberian pembiayaan supaya dapat melakukan intermediasi kepada deposan atau anggota dengan baik dan meningkatkan pelaksanaan manajemen risiko pembiayaannya.