Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti dia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Begitupula yang terjadi pada kehidupan masyarakat desa Jolotigo melaksanakan perjanjian utang-piutang sistem ijon. Perjanjian utang-piutang sistem ijon adalah perjanjian antara petani dengan tengkulak atau kreditur, dimana petani meminjam uang kepada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Uang tersebut akan dibayar dengan hasil perkebunan pada saat panen secara tempo dengan system ijon. Untuk menentukan tempo pembayaran biasanya mereka bersepakat dengan melihat hasil panen yang pertama kemudian dikalikan sejumplah huang yang dipinjam. Pada masa tempo inilah yang sangat rentan dengan permasalahan, ada kemungkinan hasil panen pada panen kali ini berbeda dengan panen yang akan dating sesuai dengan temponya. Sehingga ada kemungkinan salah satu pihak yang akan dirugikan. Kerugian akan dating kepada masing masing pihak bias kepada kreditur atau tengkulak bias juga menimpa petani atau debitur. Tentunya praktek seperti ini belum ada kejelasanya dalam hokum jual beli maupun bermuamalah. Melihat fenomena ini penulis tertarik untuk menelitinya yang mengacu pada pokok masalahnya sebagai berikut: bagaimana pelaksanaan hutang-piutang dengan sistem ijon di desa Jolotigo kecamatan Talun kabupaten Pekalongan? Dan bagai mana analisis hokum Islam terhadap pelaksanaan hutang-piutang dengan sistem ijon di desa Jolotigo kecamatan Talun kabupaten Pekalongan?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan hutang-piutang dengan system ijon di desa Jolotigo kecamatan Talun kabupaten Pekalongan dan untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaa hutang-piutang dengan system ijon di desa Jolotigo kecamatan Talun kabupaten Pekalongan.
Jenis penelitian ini adalah lapangan (field research) dan metode pengumpulan data nya adalah dengan observasi, wawancara.
Hasil penelitian ini adalah perjanjian utang-piutang syitem Ijon yang terjadi di desa Jolotigo kecamatan Talun kabupaten Pekalongan yaitu perjanjian antara petani dengan tengkulak disitu ada kemungkinan salah satu pihak yang akan dirugikan. Maka dalam perjanjian tersebut tidak sesuai dengan hukum Islam, karena yang namanya perjanjian dalam islam tidak diperbolehka adanya salah satu pihak yang dirugikan.