Salah satu persoalan yang masih menjadi topik hangat dalam perbincangan ilmu pegetahuan adalah terkait dengan persoalan gender. Gender yang konon hanya dimaknai sebagai perjuangan perempuan sebagai makhluk yang terdiskriminasi. Makna gender sebenarnya adalah sebuah konstruk sosial dan bentukan dari masyarakat pada laki-laki dan perempuan. Konsep gender mengandung konsep dualitas di dalamnya. Gender menekankan tingkah laku yang diterapkan pada laki-laki dan perempuan. Dimana laki-laki sesungguhnya harus gagah dan berani sedangkan perempuan harus lemah lembut dalam bersikap. Salah satu buku yang membahas teori dualitas sebagai landasan gender adalah buku The TAO of Islam karya Sachiko Murata. Didalamnya Sachiko mengungkapkan tentang teori Yin dan Yang sebagai dasar pemikirannya tentang konsep dualitas sebagai landasan kosmologi gender.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji: 1) Bagaimana struktur Dualitas sebagai landasan Kosmologi Gender?; 2) Bagaimana gambaran teologi Dualitas Sachiko Murata?; 3) Bagaimana gambaran perempuan dilihat dari teologi Dualitas?; 4) Apakah Implikasi teologi Dualitas terhadap kesetaraan Gender?
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif study dokumen. Dimana penulis mengkaji dokumen yang mendukung untuk penelitian dengan cara membaca, mengolah, menelaah dan mendeskripsikan isi data. Study dokumen digunakan untuk mempelajari teori Dualitas Ilahi serta kaitannya dengan keseimbangan gender. Maka analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah analisis isi atau Content Analysis.
Dengan melakukan penelitian melalui tahap-tahap yang ada maka dapat penulis simpulkan bahwa yang seharusnya ada pada gender adalah keseimbangan bukan kesetaraan. Karena keseimbangan berbeda dengan kesetaraan. Terlebih jika melihat teori Dualitas Sachiko Murata yang menggambarkan keseimbangan kosmos berdasar dari teologi Cina, yakni Yin dan Yang. Dari sinilah ditemukan bahwa jenis kelamin bukanlah persoalan perbedaan, seperti halnya antara laki-laki dan perempuan yang berbeda secara fisik tapi mempunyai kesamaan secara ruhani. Keduanya merupakan cerminan Tuhan yang paling sempurna. Tidak hanya laki-laki saja yang istimewa di muka bumi namun juga perempuan serta. Tanpa salah satunya pasti tidak akan ada keharmonisan alam. Antara dua yang berbeda pasti mempunyai keunikan tersendiri dan saling melengkapi satu sama lain terutama.