Analisis Pendapat Imam Al-Syafi’i tentang Ketentuan ‘Iwadh Istri yang Khuluk dalam Keadaan Sakit
Imam, Choirul (2012) Analisis Pendapat Imam Al-Syafi’i tentang Ketentuan ‘Iwadh Istri yang Khuluk dalam Keadaan Sakit. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo.
082111048_Coverdll.pdf - Cover Image
Download (432kB) | Preview
082111048_Bab1.pdf - Accepted Version
Download (114kB) | Preview
082111048_Bab2.pdf - Accepted Version
Download (186kB) | Preview
082111048_Bab3.pdf - Accepted Version
Download (145kB) | Preview
082111048_Bab4.pdf - Accepted Version
Download (97kB) | Preview
082111048_Bab5.pdf - Accepted Version
Download (8kB) | Preview
082111048_Bibliografi.pdf - Bibliography
Download (24kB) | Preview
Abstract
Khuluk merupakan perceraian atas inisiatif pihak istri dengan memberikan sejumlah tebusan (‘iwadh) kepada suami. ‘Iwadh merupakan karakteristik dari perceraiaan dalam bentuk Khuluk. Khuluk dianggap tidak sah kecuali dengan ‘iwadh. Para ulama berbeda pendapat tentang ketentuan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit.
Fokus penelitian skripsi ini adalah bagaimana pendapat Imam al-Syafi’i tentang ketentuan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit? dan bagaimana metode istinbath hukum Imam al-Syafi’i tentang ketentuan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit?. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pendapat dari Imam al-Syafi’i tentang ketentuan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit dan untuk mengetahui metode istinbath hukum Imam al-Syafi’i dalam masalah ketentuan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit.
Metodologi yang digunakan:Jenis penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab Al-UmmJuz V dan kitab Al-Risalah yang keduanya merupakan karangan Imam al-Syafi’i. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, diantaranya ialah deskriptif analitis, dan contentanalisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan ‘iwadh istri yang melakukan khuluk dalam keadaan sakit adalah diperhitungkan dari sepertiga harta istri jika dalam melakukan khuluk lebih dari maharmitsil. Hal itu dikarenakan kelebihan terhadap maharmitsil merupakan tabarru’. Sehingga tebusan (‘iwadh) yang diterima pihak suami tidak boleh lebih dari sepertiga harta istri. Pembatasan tersebut supaya pihak istri meninggalkan keluarga dalam keadaan tercukupi. Hal ini sebagaimana dalam wasiat yang tidak boleh lebih dari sepertiga harta karena harus ada yang ditinggalkan bagi keluarga sehingga tercukupi. Pendapat tersebut merupakan pendapat pertengahan diantara ulama mazhab. Imam al-Syafi’i tidak secara tegas menyebutkan dalil yang digunakan dalam beristinbath terhadap ‘iwadh istri yang cerai karena sakit. Akan tetapi ketika kita melihat paparan dari ulama mazhab Syafi’iyah dapat diketahui bahwa Imam al-Syafi’i menggunakan qiyas karena ada kesamaan ‘illathukum antara wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga harta dengan ‘iwadh istri yang khuluk dalam keadaan sakit yang juga tidak boleh lebih dari sepertiga harta yaitu meninggalkan keluarga dalam keadaan tercukupi lebih baik daripada dalam keadaan kekurangan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Imam Al - Syafi’i; ‘Iwadh; Istri; Khuluk |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.56 Specific moral issues 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.57 Religious experience, life, practice > 297.577 Marriage and family life |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > 74230 - Hukum Keluarga Islam (Ahwal al-Syakhsiyyah) |
Depositing User: | Muhammad Qomarudin |
Date Deposited: | 05 Dec 2013 04:57 |
Last Modified: | 05 Dec 2013 04:57 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/518 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year