Masyarakat multikultural merupakan suatu kenyataan yang dihadapi oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia. Dalam menjalani kehidupan tersebut, tidak bisa di pungkiri akan mendapatkan gesekan-gesekan yang terjadi antar kelompok, suku, ras, maupun agama. Dalam rangka menjaga keharmonisan dan persaudaraan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari latar belakang tersebut, Islam sebagai agama perdamaian mengajarkan bahwa kemajemukan harus dimaknai sebagai berkah bukan sebaliknya dijadikan sebagai akar terjadinya konflik, pertikaian dan pertumpahan darah. Sebagaimana kita lihat dalam history kehidupan umat manusia pada zaman Rasulullah SAW dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang harmonis dan damai. Dengan melihat hadis-hadis yang berkaitan dengan sikap toleransi Nabi terhadap pihak non-muslim, menunjukkan bahwa pengakuan dan penghargaan yang tinggi atas keberbedaan adalah hakikat sikap toleransi Nabi untuk membangun masyarakat damai. Tidak ada anjuran untuk bertindak kasar kepada non-muslim apabila mereka tidak menyakiti dan membahayakan pihak muslim. selama mereka ingin berdamai, tidak ada pertikaian yang mengharuskan untuk dilakukan.
Dengan demikian, Islam yang dibawa dan disampaikan oleh Muhammad berkesesuaian dengan arti Islam itu sendiri yakni menyelamatkan. Selain itu, pada hakikatnya Islam bukan untuk menjadi alat yang menghukumi semua manusia yang tidak beriman kepadanya, melainkan sebagai ajaran yang membawa kasih sayang bagi seluruh makhluk di dunia tanpa terkecuali.