Status hukum isteri pasca li'an (studi komparasi fiqih mazhab Abu Hanifah dengan hukum positif)
Umam, Ziamul (2016) Status hukum isteri pasca li'an (studi komparasi fiqih mazhab Abu Hanifah dengan hukum positif). Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.
112111043.pdf - Accepted Version
Download (4MB) | Preview
Abstract
Perzinaan merupakan salah satu dari perbuatan dosa besar karna selain bertentangan dengan agama juga bertentangan dengan hukum dan adat istiadat dalam masyarakat. Oleh karna itu agama Islam menetapkan hukuman bagi para pelaku perzinaan yaitu rajam bagi yang telah menikah dan hukuman cambuk 100 kali bagi yang belum menikah. Apalagi jika suami sudah menuduh berbuat zina kepada isterinya, hingga kedua belah pihak tidak dapat disatukan kembali, keduanya harus melakukan sumpah di hadapan hakim yang disebut dengan li’an. status hukum isteri pasca li’an menurut hukum positif di Indonesia bahwa isteri tersebut haram dinikahi kembali untuk selama-lamanya, atas dasar tersebut penulis menganalisis pendapat dari Mazhab Hanafi dikomparasikan dengan Hukum positif.
Adapun yang menjadi pokok masalahnya yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana persamaan dan perbedaan status isteri pasca li’an menurut pandangan mazhab Hanafi dan menurut hukum positif, serta analisis dari kedua pendapat tersebut Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) maka data-data yang dikumpulakan adalah data-data dari kepustakaan. Sedangkan untuk menarik kesimpulan dari hasil analisis penulis menggunakan pola pikir deduktif. Adapun dalam menganalisis data-data tersebut, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, yaitu menggambarkan suatu permasalahan secara sistematif, faktual dan akurat mengenai status istri pasca li’an. Status isteri pasca li’an menurut dari Mazhab Hanafi seorang isteri dapat bersatu kembali dengan menggunakan akad nikah baru,bentuk perceraianya seperti talak. Sedangkan menurut hukum positif berpendapat bahwa suami isteri yang berli’an maka keduanya berpisah, bentuk perceraian yang terjadi dihukumi mahram muabad suami isteri tersebut cerai untuk selama-lamanya. Relevansinya dengan masyarakat mengenai perceraian sebab li’an apakah dapat kembali dengan akad nikah baru. Penulis lebih condong mengikuti hukum positif yang menyatakan peceraian sebab li’an itu tidak dapat kembali dengan akad nikah baru, karena kalau suami isteri tersebut dapat kembali sedangkan telah melakukan sumpah li’an dengan membawa nama Allah hal tersebut tidak sesuai dengan sikap sebagai seorang suami isteri yang mengharuskan memberikan kebaikan pada pasanganya.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: Drs. H. Abu Hapsin, MA., Ph. D.; Rustam DKAH., M. Ag. |
Uncontrolled Keywords: | Perceraian; Status istri; Li’an |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.57 Religious experience, life, practice > 297.577 Marriage and family life |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > 74230 - Hukum Keluarga Islam (Ahwal al-Syakhsiyyah) |
Depositing User: | Nur Rohmah |
Date Deposited: | 13 Sep 2016 00:18 |
Last Modified: | 13 Sep 2016 00:18 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5714 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year