Zuhud menurut Fathullah Gulen
Mushlihah, Tuti (2016) Zuhud menurut Fathullah Gulen. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
114411020.pdf - Accepted Version
Download (5MB) | Preview
Abstract
Pada zaman sekarang ini banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan yang halal. Penafsiran yang telah diberikan oleh kaum sufi pada periode awal terhadap makna zuhud dalam Islam semuanya berkaitan dengan pandangan pesimistis terhadap kehidupan dunia. Oleh sebab itu, dunia ini harus dijahui dan kemegahan serta kenikmatan hidup duniawi harus ditolak. Padahal Islam mengharuskan umatnya agar memakmurkam bumi, bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama tidak tertipu oleh dunia. Di zaman modern ini, budaya, ekonomi, sosial serta agama tak luput dari pengaruh modernisasi sebagai bentuk peradaban maju yang justru memiliki “efek samping” yang begitu kompleks, masyarakat sering menampilkan sifat-sifat yang kurang terpuji, terutama dalam menghadapi materi yang gemerlap ini. Dampak nyatanya adalah masyarakat yang menjadi lebih konsumerisme dan individualisme. Dasar-dasar ajaran zuhud ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh tasawuf sesuai dengan pengalaman serta kemampuan masing-masing para sufi. Diantaranya adalah memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri, tekun beribadah, berdzikir, tawadhu’, merenungkan kebesaran Tuhan, mencari kelemahan diri, memikirkan dan memperhatikan keindahan alam semesta. Dengan demikian, tidak berlebihan bila sikap zuhud akan bisa menolak pola hidup konsumerisme dan individualisme yang kian marak. Lebih dari itu, akan pula mengurangi kecemburuan sosial oleh komunitas yang strata ekonominya lebih rendah kepada komunitas seatasnya sebagai imbas dari ketimpangan sosial. Di abad 21 ini, muncul nama seorang sufi, Fathullah Gulen yang menawarkan pemaknaan baru dari makna zuhud sufi terdahulu yang cenderung negatif. Makna zuhud-nya sangat universal dan relevan jika diterapkan dalam diri setiap manusia sepanjang zaman. Zuhud-nya bisa dijadikan benteng diri dari sifat rakus terhadap dunia yang mengakibatkan mereka lalai terhadap kehidupan akheratnya.
Penelitian ini mengangkat judul “ZUHUD MENURUT FATHULLAH GULEN”, yang merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini yaitu: pertama untuk mendeskripsikan bagaimanakah konsep zuhud menurut Fathullah Gulen. Kedua Untuk menganalisis bagaimana penerapan konsep zuhud di zaman modern sekarang ini.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendayagunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kritis dan analisis isi.
Temuan penelitian ini adalah: Pertama Fathullah Gulen memandang zuhud mirip dengan khauf dan raja’ sebuah perbuatan hati, hanya saja zuhud sedikit berbeda dari kedua sifat itu karena efek dari zuhud tergambar pada kondisi dan perilaku orang yang melakukannya, dan kemudian mempengaruhi arah tujuannya. Zuhud terpusat pada perbuatan hati dan dapat dinilai dari efeknya, yaitu berupa perilaku kesehariannya. Serta secara esensi, zuhud membangun sebuah konstruksi tujuan hidup dari pelakunya. Gulen mengambil contoh pada Rasulullah saw: 1. Rasulullah saw tidak pernah membiarkan adanya peluang untuk mengeksploitasi tanggungjawab kenabian yang beliau emban demi mengejar kepentingan duniawi. 2. Rasulullah SAW menjelaskan keagungan dan keluhuran beliau dalam mengemban tanggungjawab suci sebagai Nabi yang mengikuti para nabi dan rasul pendahulu beliau. 3. Rasulullah SAW selalu mengemban tanggungjawab untuk menjadi teladan dan pembimbing (mursyid) bagi para ulama umat beliau yang bertugas menyebarkan kebenaran.
Kedua Penerapan konsep zuhud Fathullah Gulen pada era sekarang ialah menerapkan hati yang dipenuhi dengan sifat zuhud yang selalu merenungi nilai-nilai zuhud pada setiap kondisi yang terkadang berlawanan antara satu dengan yang lainnya, baik perasaannya berhubungan dengan kondisi itu maupun tidak, baik dalam urusan makan maupun minum, baik dalam jaga maupun tidur, baik ketika berkata-kata maupun diam, baik dalam khalwat (kesendirian) maupun jalwat (keramaian). Dengan begitu sang zahid akan selalu dalam keadaan zuhud, dalam kondisi apapun. Bila sudah demikian maka ketergantuangan akan dunia terhapus dalam dirinya dan bisa terpusat akan kebesaran Allah SWT, dan diharapkan zuhud bisa menjadi sebuah akhlak, dimana zuhud menjadi sikap batin seseorang dalam menjalani hidup. Karena modernitas bersifat menguasai keseluruhan setiap unsur masyarakat maka kehidupan modern punya kecendurungan untuk mendewakan materi secara substansial.
Ketiga penerapan zuhud Fathullah Gulen dengan cara meninggalkan hal-hal yang berlebih-lebihan, walaupun halal, menunjukkan sikap hemat, hidup sederhana, dan menghindari berlebih-berlebihan, kemewahan atau kemilikan harta yang lebih bernilai sebagai promotor status dari pada sebagai harta kekayaan yang produktif. Sedangkan pengaruhnya adalah meninggalkan hal-hal yang haram untuk menuntut seseorang agar mencari penghasilan secara tulus lewat kerja keras, menghindari hal-hal yang merugikan orang lain, dan menciptakan pekerjaan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi. Pengaruh ini melekat pada masyarakat awam yang kini sudah semakin sadar apa hakekat zuhud itu.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, MA.; Dr. H. Sulaiman, M. Ag. |
Uncontrolled Keywords: | Zuhud; Sufisme |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76236 - Tasawuf dan Psikoterapi |
Depositing User: | Nur Rohmah |
Date Deposited: | 01 Oct 2016 01:59 |
Last Modified: | 19 Jun 2021 04:42 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5853 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year