Islam tidak pernah memisahkan etika dengan ekonomi sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dengan akhlak, perang dengan akhlak. Terdapat beberapa pantangan moral yang harus dijalankan pebisnis muslim antar lain maisyir, asusila, gharar, haram, iIhtikar, berbahaya. Adapun praktik jual beli tebasan di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan, pengukuran yang dilakukan menggunakan taksiran jangkahan, dan praktik tersebut sering merugikan penebas, pada saat penebas mengalami kerugian, penebas meminta kompensasi kepada petani seikhlasnya, meskipun demikian petani merasa keberatan dan terpaksa memberi ganti rugi.
Berdasar latar belakang diatas timbul beberapa pokok perumusan masalah yaitu bagaimana sistem taksiran dan kompensasi pada jual-beli padi secara tebasan di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dan Apa saja yang menjadi penyebab praktik taksiran dan kompensasi jual-beli padi secara tebasan di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan serta Bagaimana pandangan etika bisnis Islam terhadap praktek jual–beli tebasan di Desa Pojok Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
Berdasar pada permasalahan di atas, penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga-lembaga, organisasi masyarakat, maupun lembaga pemerintahan. Sumber data yang di gunakan dalam penelitian kali ini adalah sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari masyarakat Desa Pojok Winong dan sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang tersedia. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari Penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: bahwa sistem taksiran dan kompensasi dalam jual beli tebasan telah sesuai dengan syarat-syarat dalam jual beli jizaf, keadilan dalam penetapan harga, dan praktek kompensasi dapat merusak keabsahan akad. Seharusnya petani dan penebas menggunakan persyaratan tambahan dalam khiyar syarat dan khiyarmajlis. Petani dan penebaslebih memilih jual beli tebasan karena petani kesulitan memanen padinya sendiri, dan penebas harus memenuhi permintaan pembeli/bakol per harinya. Terdapat beberapa prinsip etika bisnis Islam yang belum di jalankan oleh petani dan penebas antara lain, kurang tertib administrasi, para penebas tidak ada iktikad menjaga hubungan baik, dan longgar dan murah hati. terjadi karena adanya sistem kompensasi yang memberatkan petani, dan petani merasa terpaksa. Dalam hal ini penebas dan petani telah menjalankan beberapa etika bisnis yaitu: tidak mengurangi timbangan, menjual berang yang baik mutunya, transparan dalam menetapkan harga, tidak menggunakan sumpah pada saat jual beli.