Skripsi ini membahas pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 01 Semarang. Kajiannya dilatarbelakangi oleh tinggi rendahnya potensi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar di sekolah. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : (1) Bagaimana prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 01 Semarang? (2) Bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 01 Semarang? (3) Apa saja hambatan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Muhammadiyah 01 Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 01 Semarang. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan potret pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Datanya diperoleh dengan cara wawancara dengan guru BK, observasi sekolahan, dan dokumentasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa : (1) Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 01 Semarang sudah berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena adanya kerja sama yang baik antara guru BK dengan kepala sekolah serta dengan guru ataupun staff lainnya di SMA Muhammadiyah 01 Semarang. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah 01 Semarang mencakup layanan bimbingan konseling perorangan dan layanan bimbingan konseling kelompok. (2) Peran guru BK dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah 01 Semarang adalah sebagai pelaksana inti bentuk layanan dalam BK dengan berperan sebagai pendidik dan pengajar, pembimbing, penasehat, teladan, memberikan motivasi dan koreksi dalam membantu meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 01
Semarang. (3) Hambatan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah 01 Semarang meliputi sarana dan prasarana pendukung yang kurang, latar belakang pendidikan guru pembimbing atau konselor bukan berasal dari guru BK, dan pemahaman yang tidak tepat tentang konseling.