Skripsi ini membahas penerapan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran PAI dengan inquiry learning pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Semarang tahun ajaran 2015/2016. Kajiannya dilatarbelakangi oleh pembelajaran PAI yang dianggap menjemukan, sarat dengan dogma dan indoktrinasi, kurang kreatif, sehinggan siswa malas dan kurang bersemangat mengikuti mata pelajaran ini. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan konstruktivistik model Inquiry di SMAN 1 Semarang. Sekolahan tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan potret penerapan pendekatan konstruktivistik dengan inquiry dalam pembelajaran PAI kelas X di SMA Negeri 1 Semarang. Datanya diperoleh dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara. Semua data dianalisis dengan pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif menggunakan logika induktif, deduktif dan reflektif.Kajian menunjukkan bahwa: penerapan pendekatan konstruktivistik dengan inquiry dalam pembelajaran PAI materi Al-Qur’an dan Hadits bab QS. Al-Isra’ (17): 32, QS. An-Nur (24): 2 serta hadits terkait bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dari aspek teoritis ke dalam aspek kognitif dan psikomotorik, terlihat pada proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter peserta didik dengan materi “QS. Al-Isra’ (17): 32, QS. An-Nur (24): 2 serta hadits terkait”, yang menekankan pada aspek teoritis pergaulan bebas dan larangan berzina untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara pelaksanaannya, penerapan pendekatan konstruktivistik dengan inquiry learning dalam pembelajaran PAI telah memiliki kesesuaian dengan prosedur pelaksanaan inquiry learning. Kesesuaian tersebut terlihat dari langkah-langkah penerapan strategi sebagai berikut: (1) Guru memulai proses pembelajaran dengan apersepsi dengan menyampaikan manfaat dari pelajaran yang akan dipelajari melalui kisah inspiratif dikaitkan dengan materi ajar, dikenal dengan istilah AMBAK ( Apakah Manfaatnya Bagiku?), maksudnya manfaat bagi peserta didik. (2) kemudian, guru menjelaskan tujuan pembelajaran diikuti dengan pemberian contoh dalam kehidupan yang nyata. (3) Dari contoh tersebut, guru memerintahkan peserta didik memcahkan masalah melalui diskusi kelompok yang sebelumnya guru telah membagi peserta didik menjadi delapan kelompok, untuk kemudian hasilnya dipresentasikan di depan kelas. (4) Guru memerintahkan peserta didik untuk mengulangi materi yang telah mereka pelajari. (6) Kemudian guru memberikan apresiasi kepada peserta didik atas aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik. Dikenal dengan istilah rayakan, merayakan keberhasilan peserta didik sebagai bentuk penghormatan dalam menyelesaikan tugas atau atas ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Media dan guru sangat berperan dalam pembelajaran inquiry, media berfungsi untuk menciptakan daya tarik kepada peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mengasah pola pikir mereka serta berpikir kreatif dan inovatif dalam penguasaan materi pelajaran, sedangkan peran guru sangat penting untuk menghilangkan kelemahan dalam penerapan pendekatan konstruktivistik dengan inquiry learning.