Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa secara teoritik, bimbingan rohani Islam memiliki peran penting dalam proses pengobatan pada aspek psiko-sosio-spiritual, sebagaimana peran dokter dan perawat medis pada aspek bio-psiko-sosial. Namun dalam penyelenggaraannya layanan bimbingan rohani Islam masih dianggap sebagai pelengkap. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kesalahan dalam sistem, atau bisa saja sistemnya sudah tepat namun implementasi sistem di lapangan dan teknis operasional yang tidak tepat. Hal ini, menarik bagi peneliti untuk mencari kebenarannya dalam penelitian ini. Pokok permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani Islam pada pasien rawat inap di RSI NU Demak, apa saja problem-problem dalam pengembangan layanan bimbingan rohani Islam tersebut, serta bagaimana strategi pengembangannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Adapun untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Sedangkan analisis data menggunakan model Milles dan Huberman, melalui tiga tahap dalam analisis data kualitatif, yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion (kesimpulan).
Hasil penelitian ini sebagai berikut: pertama, Pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien rawat inap adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian atau pemberian nasehat keagamaan yang dilaksanakan oleh rohaniawan ketika pasien berada di dalam perawatan sampai dalam kondisi sembuh. Pelaksanaan bimbingan rohani Islam sebagai berikut: 1) layanan bimbingan rohani Islam dilaksanakan oleh rohaniawan. 2) materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pasien, namun kecenderungan secara umum, berupa motivasi dan doa. 3) metode yang digunakan yaitu metode langsung (visit langsung ke pasien secara individu maupun kelompok) dan metode tidak langsung (memanfaatkan sarana prasarana dan fasilitas yang ada secara maksimal). 4) Sedangkan media yang digunakan yaitu: telepon, audio, buku tuntunan rohani untuk orang sakit, poster-poster tentang Al-Quran dan hadist, peralatan ibadah, serta mushola Rumah Sakit. Awalnya layanan bimbingan rohani Islam hanya ditujukan kepada pasien rawat inap, namun sekarang telah dikembangkan juga untuk karyawan rumah sakit. Kedua, problem-problem pengembangan layanan bimbingan rohani Islam diantaranya: 1) jumlah petugas rohaniawan yang minim. 2) fasilitas sarana dan prasaranan belum maksimal. 3) pelaksanaan layanan bimbingan rohani Islam seringkali tidak sesuai dengan SOP (Standar Operasional Pelayanan) Rumah Sakit. 4) sebagian masyarakat belum mengerti tentang layanan bimbingan rohani Islam. Ketiga, Solusi pengembangan yang dilaksanakan sebagai berikut: 1) Manajemen Rumah Sakit memfasilitasi Rohaniawan untuk mengikuti pelatihan yang berkaitan tentang layanan bimbingan rohani Islam. 2) Rohaniawan memanfaatkan sarana prasarana serta fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit secara maksimal. 3) Sosialisasi tentang layanan bimbingan rohani Islam kepada pasien, melalui: a) sebelum melakukan bimbingan kepada pasien, rohaniawan memperkenalkan diri sebagai rohaniawan rumah sakit dan tugasnya. b) perawat mengenalkan kepada setiap pasien baru bahwa di RSI NU Demak ada layanan bimbingan rohani Islam.