Setiap orang Islam boleh mencari nafkah dengan cara jual beli, tetapi cara itu harus dilakukan sesuai hukum Islam, yaitu harus saling rela merelakan, tidak boleh menipu, tidak boleh berbohong, tidak boleh merugikan kepentingan umum, bebas memilih dan riil. Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan atau jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat. Salah satu profesi yang dianjurkan dalam Islam bahkan sering tersebut dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah adalah profesi petani dan pedagang. Karenanya banyak sekali sahabat Rasulullah berprofesi menjadi petani atau pedagang. Hanya saja, di dalam Islam setiap profesi yang dibenarkan untuk ditempuh tujuannya bukan semata-mata untuk menghasilkan uang atau meraih kekayaan. Akan tetapi yang jauh lebih penting daripada itu adalah untuk mendapatkan keberkahan dari hasil jerih payahnya. Dan keberkahan dari harta bukan dinilai dari kuantitasnya akan tetapi dinilai dari kualitas harta tersebut, darimana dia peroleh dan kemana dia belanjakan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sumber data-data yang berkaitan dengan penelitian secara langsung adalah data primer dan sekunder, sumber data-data yang berkaitan dengan penelitian secara langsung yang meliputi dokumen-dokumen serta wawancara langsung kepada pedagang, pembeli, dan pengelola. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah interview, dokumentasi dan observasi. sedangkan analisis yang digunakan dengan menggunakan analisis kualitatif dan deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penilitan yang penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar etika jual beli pedagang muslim menurut Imam Al-Ghazali sudah dipraktikkan di pasar Gladak Kaliwungu Selatan. Dengan latar belakang yang religius, para pedagang masih menjunjung nilai-nilai etika bisnis dalam menjual barang dagangannya, diantaranya adalah 1) tidak memuji barang yang dijualnya secara berlebihan, dari dua belas responden hanya dua pedagang yang memuji barang dagangannya secara berlebihan, yaitu pedagang grabatan dan sayuran. 2) menyatakan segala kekurangan dari barang yang akan dijual baik tersembunyi ataupun nyata, dari dua belas responden empat pedagang yang tidak sesuai yaitu pedagang sembako, pedagang grabatan, pedagang sayuran, dan pedagang daging ayam. 3) tidak menyembunyikan sedikitpun tentang kadarnya, dua belas pedagang memang jujur dalam timbangan. 4) berkata benar tentang harga barang dan tidak menyembunyikan sesuatu, dari dua belas responden menyatakan bahwa mereka berkata benar tentang harga barang dan tidak menyembunyikan sesuatu.