Skripsi ini dilatarbelakangi oleh fenomena transgender yang masih terbingkai dengan pandangan negatif menjadikan Shuniyya Ruhama Habiballah yang merupakan seorang transgender memiliki tugas dan tanggung jawab untuk diluruskan agar tidak terjadi kesenjangan sosial sesama manusia, perlunya keterbukaan dan ilmu pengetahuan akan hal ini dengan harapan penerimaan dari masyarakat yang lebih baik, karena sesungguhnya Islam adalah rahmatallilalamin, dan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, berinteraksi dalam segala hal.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana bimbingan keagamaan Shuniyya Ruhama Habiballah bagi transgender di Paguyuban Waria Kendal? 2) Apa saja faktor-faktor penghambat dan pendukung bimbingan keagamaan Shuniyya Ruhama Habiballah bagi transgender di Paguyuban Waria Kendal?. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Data di peroleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis data dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Bimbingan keagamaan Shuniyya Ruhama Habiballah bagi transgender di Paguyuban Waria Kendal dilakukan dengan melakukan perencanaan yang bersifat insedental sesuai kesepakatan kemudian dilaksanakan dengan mengedepankan bimbingan kepada dasar-dasar keagamaan, Shuniyya Ruhama Habiballah juga melayani bimbingan secara individu bagi teman-teman waria malu untuk mengungkapkan permasalahannya sehingga waria tersebut bisa diarahkan dan dibina untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Proses bimbingan ini megnedepanakan mengalihkan perasaan hati yang terdalam, memberikan kebebasan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan shalat berjama’ah dan menumbuhkan rasa kasih sayang dengan pendekatan penanaman nilai, berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial, proses kelompok, perkembangan kognitif, klarifikasi nilai, dan pembelajaran berbuat. 2) Faktor penghambat dalam pelaksanaannya, proses bimbingan keagamaan yang mengakomodir persoalan, karakter, hingga kepentingan dan karakter yang banyak tersebut menjadikan proses bimbingan tidak mudah dilakukan secara instan dan mudah memperoleh hasil yang maksimal. Kehidupan transgender di luar banyak yang tidak terdeteksi setiap hari oleh Shuniyya Ruhama Habiballah sehingga terkadang bimbingan harus diulang-ulang dari awal karena perubahan perilaku waria karena pergaulan, sedangkan faktor pendukung kegiatan keagamaan yaitu motivasi yang lebih dari teman waria untuk mendalami agama, kerja sama yang baik diantara anggota PAWAKA dan teman waria untuk saling melengkapi dan membantu teman, juga kerja mensukseskan setiap kegiatan yang dilakukan PAWAKA dalam bimbingan keagamaan.