Al-Maşlahah al-Mursalah dalam Pandangan al-Gazalī dan Implementasinya
Mushofihin, Mushofihin (2011) Al-Maşlahah al-Mursalah dalam Pandangan al-Gazalī dan Implementasinya. Masters thesis, IAIN Walisongo.
Mushofihin_Tesis_Sinopsis.pdf - Accepted Version
Download (520kB) | Preview
Abstract
Pemikiran al-Gazalī cukup berpengaruh terhadap ulama-ulama ushul fiqh sesudahnya. Pengaruh yang paling kentara adalah keharusan adanya keterkaitan antara al-maşlahah al-mursalah dengan nash, yaitu dengan menganalisis illat pada hukum dalil (al-aşl) dan hukum cabang (al-far‘u).
Pemikiran al-Gazalī mengenai keharusan keterkaitan al-mashalih al- mursalah dengan nash berakar dari pandangan lmâm Syâfi’i tentang kesempurnaan al-Qur’an. Imâm Syâfi’i mendasarkan bahwa semua kebaikan tidak akan ditemukan kecuali dengan pertolongan Allah. Jika seseorang menemukan kebaikan tersebut maka ia menemukan seluruh hukum Allah yang ditetapkan dalam kitab-Nya, al-Qur’an baik berupa nash maupun istidlal. Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada persoalan yang ditemui oleh seorang penganut agama Islam kecuali ia dapatkan dalam al-Qur’an suatu petunjuk untuk memecahkannya. Dengan kalimat yang berbeda al-Gazalī menegaskan, “Syari’at itu telah sempuma, dan wahyu tidak berakhir kecuali syari’at itu sudah sempurna”.
Pemikiran al-Gazalī tentang al-maşlahah al-mursalah memang merupakan pengembangan dari konsep pemikiran gurunya, Imam al-Haramain al-Juwaini. Akan tetapi, al-Gazalī berhasil mensistematisasi dan mensimplifikasi lima kategori aspek hukum versi al-Juwaini menjadi dan melahirkan trilogi al-maşlahah al-mursalah (dharuriyyah, hajiyyah dan tahsiniyyah) yang terus menjadi salah satu basis perbincangan oleh pemikir-pemikir sesudahnya.
Al-Gazalī dalam karyanya al-Mustaşfa menuturkan, pembagian tingkatan al-maşlahah al-mursalah menjadi tiga: dharuriyah, hajiyyah, dan tahsiniyyah. Masing-masing ketiga tingkatan itu harus memiliki tiga yaitu: dharuriyyah, qath‘iyyah, dan kulliyyah. Namun demikian, ia tidak menerapkan al-mashalih al-mursalah pada ketiga tingkatan kecuali tingkat dharuriyyah saja.
Penulis tesis menyimpulkan bahwa, terdapat tiga pandangan mengenai ketiga sifat yang dikemukakan al-Gazalī. Pertama, ulama yang berpendapat bahwa al-Gazalī mensyaratkan adanya kulliy di dalam al-maşlahah al-mursalah. Oleh karena itu, al-maşlahah al-mursalah yang tidak memenuhi syarat-syarat kulliy tidak bisa dijadikan hujjah. Kedua, ada yang berpendapat bahwa ketiga sifat tersebut bukan merupakan syarat untuk al-maşlahah al-mursalah, namun keberadaan ketiganya menjadikan hujjah yang kuat. Ketiga, adanya ketiga sifat itu hanya untuk melakukan takhsish nash-nash syara’.
Contoh bentuk implementasinya haramnya “nabidz” dengan khamr yang memabukkan karena persamaan ‘illat; istişhab: gugurnya suatu kewajiban shalat disebabkan adanya keraguan; istihsan: penggunaan jasa tempat umum (kamar mandi) tanpa menentukan kadar air dan waktu yang digunakan; istişlah: dibolehkannya membunuh penyebar bid’ah.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Maslahah al-Mursalah; Maqashid al-Syar'iyyah |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.14 Religious Ceremonial Laws and Decisions |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 26 Sep 2013 03:46 |
Last Modified: | 26 Sep 2013 03:46 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/86 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year