Skripsi ini membahas tentang pembelajaran Pkn materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan model The Power Of Two And Four di kelas IV MI Negeri Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Kajiannya dilatar belakangi oleh realitas yang menunjukan semakin banyaknya inovasi dalam pembelajaran. Hal ini menuntut adanya hal baru dalam pembelajaran yang menyangkut interaksi edukatif. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengubah mainset tradisioanl yang menganggap peserta didik hanya sebagai objek pembelajaran. Studi dalam skripsi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan model The Power Of Two And Four. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di kelas IV MI Negeri Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Data penelitian diperoleh dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Semua data kemudian dianalisis dengan pendekatan fenomenologis dan analisis deskriptif.
Kajian ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran PKn dengan model The Power Of Two And Four sudah sesuai dengan teori. Hal ini terlihat dari adanya persiapan guru yang dilakukan sebelum mengajar di ruang kelas. Adapun pedoman guru dalam pelaksanaan model The Power Of Two And Four adalah buku PAIKEM. Meskipun secara mandiri dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran, namun tidak menutup kemungkinan bisa dipadukan dengan model yang lain, misalnya demonstrasi. Perlu diperhatikan dalam penerapan model ini adalah tentang perhatian terhadap perbedaan kemampuan peserta didik yang kaitannya dengan pembentukan kelompok yang menunjukan adanya perbedaan hasil yang diperoleh siswa yang berkemampuan rendah, karena mereka tidak maksimal dalam prioritas memberikan pendapat dan mengungkapkan buah pikiran mereka. Hal ini dikarenakan dalam pembentukan kelompok, mereka cenderung membentuk berdasarkan teman dekat masing-masing. Terdapat problem dalam penerapan model ini yaitu adanya kegaduhan yang ditimbulkan oleh peserta didik dan kurang terbiasanya peserta didik dengan model tersebut. Adapun solusi yang penulis tawarkan adalah sebaiknya peserta didik lebih diperkenalkan lagi dengan model pembelajaran lain dan adanya pemberian hukuman yang mendidik bagi peserta didik yang gaduh.