Indonesia mempunyai garis pantai terpanjang kedua didunia, kekayaan alam ini mendukung produksi garam namun belum dimanfaatkan dengan baik terbukti nilai impor garam yang semakin naik tiap tahunnya. Produksi garam di Indonesia dilakukan secara tradisional melalui proses kristalisasi garam dengan sinar matahari dan air laut sebagai bahan baku yang menghasilkan garam dengan mutu umumnya dibawah mutu III menurut spesifikasi SNI/ SII No 140.76.. Secara fisik hasil garam tradisional berwarna buram karena masih terdapat zat pengotor. Untuk meningkatkan kualitas garam dilakukan dengan memperbaiki kualitas air laut sebagai bahan baku dan meningkatkan kuantitas dengan kontrol ketinggian air 3-5 cm di meja kristalisasi. Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan suatu sistem yang dapat membantu petani garam melakukan kontrol dan monitor kristalisasi garam untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas garam yang baik. Prototipe ini terdiri dari tiga penampungan air, yang pertama untuk proses pengendapan kotoran pada air dan yang kedua untuk proses filtrasi dan yang ketiga sebagai penampungan air yang akan di kontrol dan monitor kekeruhan dan ketinggiannya. Kekeruhan air dibaca oleh sensor turbidity dan ketinggiannya oleh sensor ultrasonik, pembacaan kekeruhan dibatasi pada nilai 5 NTU sebagai nilai batas kejernihan air dan ketinggian air dibatasi 10 cm sehingga cukup untuk mengisi meja kristalisasi 3-5 cm. sistem secara default bekerja pembacaan sensor turbidity lebih dari 5 NTU pompa air akan menyala untuk mengalirkan air kembali ke penampungan satu untuk mengulang proses penjernihan dan pembacaan sensor ultrasonik lebih dari 10 cm akan menutup keran. Sistem ini dapat dikontrol secara manual dengan menekan tombol ON/OFF dengan Smartphone melalui interface aplikasi blynk.