Banjir di DKI Jakarta merupakan bencana rutin yang setiap tahunnya terjadi. hal tersebut juga beriringan dengan pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang ada di DKI Jakarta membuat tingkat kebutuhan air yang meningkat. Selain itu akibat dari pesatnya perkembangan penduduk juga mengakibatkan peningkatan pembangunan infrastruktur yang menyebabkan perubahan tata kelola lahan, penurunan muka dan kualitas tanah (land subsidence) yang ada di DKI Jakarta. Penyebab banjir di Jakarta sejatinya bukan hanya masalah curah hujan ekstrem dan fenomena meteorologis. Akan tetapi, ada beberapa faktor lainnya seperti besarnya limpahan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau, serta tidak adanya daerah resapan air. Hal ini dikarenakan 90% lahan di DKI Jakarta sudah di beton. Banjir dijadikan sebagai alat political marketing yang dilakukan oleh pemimpin daerah. Salah satunya adalah program meminimalisir genangan yakni pembangunan sumur resapan yang di terapkan oleh bapak Anies Baswedan selaku mantan gubernur DKI Jakarta dalam massa periode 2017-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja yang di buat oleh Anies Baswedan di dalam kebijakan sumur resapan sebagai upaya penanggulangan banjir di daerah Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas, studi ini menggunakan teori kinerja politik dengan menggambarkan fenomena dari data yang diperoleh di lapangan yang dibantu dengan metode penelitian kualitatif yang mengedepankan prosedur penelitian dengan menyajikan data deskriptif. Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja yang diberikan oleh Gubernur dibilang cukup memuaskan, dimana jumlah output pembangunan sudah banyak, dan sudah meminimalisir waktu surut genangan yang terjadi disaat intensitas hujan tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan beberapa masyarakat yang kecewa terhadap pembangunan sumur resapan ini. Hal tersebut terjadi karena daerah pembangunan sumur resapan ini masih belum merata di sebagian wilayah DKI Jakarta terkhusus di Kecamatan Tebet. Hal ini disebabkan karena berbagai hambatan seperti; kondisi tanah yang kotor dan dangkal, terdapat recovussing anggaran dan PPKM saat pandemi covid-19 tahun 2021. Selain itu juga kurangnya sikap transparan terkait anggaran pembangunan sumur resapan hal tersebut akan memberikan prespektif buruk di masyarakat tentang adanya tindak penyalahgunaan anggaran oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

ABSTRACT:
Floods in DKI Jakarta are routine disasters that occur every year. This is also in tandem with the rapid rate of growth and development of the population in DKI Jakarta which has increased the level of water demand. Besides that, the result of the rapid population growth has also resulted in an increase in development infrastructure which has caused changes in land management, land subsidence and land subsidence in DKI Jakarta. The cause of flooding in Jakarta is actually not just a matter of extreme rainfall and meteorological phenomena. However, there are several other factors such as the large amount of water overflow from the upstream area, reduced reservoirs and lakes, and the absence of water catchment areas. This is because 90% of permits in DKI Jakarta have been concreted. Floods are used as a political marketing tool by regional leaders. One of them is the program to minimize buildings, namely the construction of infiltration wells implemented by Mr. Anies Baswedan as the former Governor of DKI Jakarta in the 2017-2022 mass period. This study aims to determine the success rate of the performance made by Anies Baswedan in the infiltration well policy as an effort to deal with flooding in the Tebet District, South Jakarta.
To answer the research questions above, this study uses political performance theory by describing phenomena from data obtained in the field assisted by qualitative research methods which complete the research procedure by presenting descriptive data. The type of approach used is a case study approach. Collecting data in this study using interview methods and interview methods.
The results of this study indicate that the performance provided by the Governor is quite satisfactory, where the number of development outputs is already large, and has minimized the tidal time that occurs when the rain intensity is high. However, it is possible that some people are disappointed with the construction of this infiltration well. This happens because the area for the construction of infiltration wells is still uneven in parts of DKI Jakarta, especially in Tebet District. This is due to various obstacles such as; the condition of the soil is dirty and shallow, there is a rekovussing budget and PPKM during the 2021 covid-19 pandemic. Apart from that, the lack of transparency regarding the development budget properly absorbs this will give a bad perspective in society about acts of budget violence by irresponsible parties answer .