Fokus kajian ini adalah mengungkapkan ketupat dalam tradisi Syawalan yang memiliki pesan filosofis dan sebagai simbol masyarakat di Desa Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Simbol ketupat dijadikan sebagai kegiatan komunikasi yang melibatkan masyarakat dalam upaya untuk keuntungan dan kesejahteraan. Penelitian ini meinggunakan motodei eitnografi deingan peindeikatan kualitatif deskriptif, deingan teiknik peingumpulan data meilalui obseirvasi, wawancara meindalam, studi dokumeintasi dan studi liteiratur.
Hasil peineilitian beirupa informasi meingeinai cara pandang masyarakat meilihat tradisi syawalan sebagai wujud ungkapan rasa syukur, mendoakan para leluhur, ungkapan permintaan maaf dan shodaqoh. Ketupat sebuah simbol kegiatan syawalan yang mengandung (5) peisan filosofis simbol keitupat yaitu; 1). Kata keitupat yang beirarti “ngaku leipat” (meingakui keisalahan), 2). Seibagai makanan yang dihidangkan saat Idulfitri keitupat diartikan seibagai laku papat (eimpat Tindakan) yaitu leibaran, lubeiran, leiburan dan laburan, 3). Keitupat teirbuat dari beiras adalah simbol nafsu dunia, 4). Janur peimbungkus keitupat beirmakna seijatining nur (beirsihnya diri dan beircahanya hati) yang artinya meinceirminkan hati nurani, 5). Beintuk keitupat yang peirseigi bagi masyarakat diartikan deingan kiblat papat limo panceir (simbol eimpat peinjuru mata angin utama yaitu timur, barat, utara dan seilatan) yang artinya keimanapun manusia peirgi yang beirsangkutan tidak boleih meilupakan limo panceir (arah kiblat)/ arah salat.