Dalam pandangan agama Islam segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, teratur dan tuntas, tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Apa yang diatur dalam Islam ini telah menjadi indikator pekerjaan manajemen yang meliputi rapi, benar, tertib, teratur dan sistematis. Oleh karena itu, sebagai perumusan masalah yaitu bagaimana model sistem pengawasan sumber daya insani pada BMT Buana Kartika Kabupaten Demak? Apa hambatan-hambatan dalam menerapkan strategi pengawasan sumber daya insani pada BMT Buana Kartika Kabupaten Demak?
Metode penelitian skripsi ini menggunakan penelitian studi lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif.. Data Primer adalah hasil wawancara (interview) dengan para pegawai BMT Buana Kartika Kabupaten Demak. Data Sekunder, yaitu dokumen laporan-laporan dari BMT Buana Kartika Kabupaten Demak, buku-buku, jurnal penelitian dll. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi tentang sejarah, profil, dan Job Deskription BMT Buana Kartika Kabupaten Demak. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa model sistem pengawasan yang diterapkan di BMT Buana Kartika adalah pengawasan dari diri sendiri, dan pengawasan dari luar diri sendiri. Proses pengawasan berupa pengendalian di BMT Buana Kartika terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : menetapkan standard (alat pengukur), mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas BMT Buana Kartika yang telah ditetapkan, membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard yang telah ada dalam planning, organizing, ctuating dan controlling, mengadakan tindakan-tindakan perbaikan atau pembetulan. Model kedua pengawasan yang dilakukan BMT Buana Kartika Kabupaten Demak tampaknya sesuai dengan model pengawasan dalam perspektif Islam. Hal itu sebagaimana diketahui bahwa pengawasan dalam ajaran Islam (hukum syariah), paling tidak terbagi menjadi dua hal: pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah Swt.; kedua, kontrol dari luar diri sendiri. Hambatan dalam menerapkan strategi sistem pengawasan di BMT Buana Kartika Kabupaten Demak yaitu ada pegawai banknya sendiri bekerja sama dengan pengusaha (nasabah). Seringkali terjadi perbankan yang sulit melakukan pengawasan kepada nasabahnya. Pengawasan dapat dikatakan efektif jika masing-masing pihak berlomba-lamba menjadi pihak yang patut dicontoh. Suatu pengawasan tidak mungkin terlaksana dengan baik jika pegawai BMT nya sendiri bekerja sama dengan pengusaha. Inilah yang menyebabkan rusaknya perbankan tersebut. Banyak orang yang memiliki masalah dengan bank yaitu mereka yang tidak mampu mengembalikan kredit, ternyata "bermain" dengan pegawai bank. Jika hal ini terjadi, bagaimana sebuah kontrol akan berjalan. Oleh karena itu, pihak yang akan melakukan pengawasan haruslah orang-orang yang benar dan pantas untuk menjadi pengawas.