Ejekan yang kerap jadi bahan lelucon/bercandaan bisa dibawa ke ranah pidana. Bagian tubuh yang tidak sempurna dan semuanya tak lepas dari stigma-stigma tertentu yang melekat di masyarakat. Ini termasuk kedalam pasal penghinaan dalam hukum pidana. Pengaturan terkait body shaming tercantum dalam Pasal 310 KUHP, apabila dilihat dalam KUHP yang baru pengaturan terkait body shaming dapat dimasukkan dalam Pasal 433 KUHP.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif atau penelitian hukum doktrinal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research), data yang didapat selanjutnya dianalisis melalui proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terdapat hubungan antara gejala yang diteliti dengan logika ilmiah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kasus tindak pidana penghinaan citra tubuh(body shaming) dalam putusan Pengadilan Tinggi Makassar No. 617/PID/2020/PT.MKS, Majelis Hakim tingkat banding memutuskan terdakwa telah memenuhi semua unsur dalam Pasal 310 Ayat (1). Kasus penghinaan citra tubuh (body shaming) yang dilakukan oleh terdakwa pada putusan Pengadilan Tinggi No. 617/PID/2020/PT.MKS terdapat aspek-aspek jarimah berupa penghinaan atas citra tubuh seseorang, sehingga termasuk dalam jarimah ta’zir. Menurut hukum pidana Islam terdakwa dapat dimasukan dalam kategori jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu atau perorangan yaitu setiap perbuatan yang mengakibatkan kerugian kepada orang tertentu bukan orang banyak.