Memiliki anak sebagai penyandang disabilitas bukan menjadi sebuah harapan, tentunya orang tua akan mengalami proses penolakan. Marah, sedih, menangis, kaget, tawar-menawar dan tidak mempercayai sebagai anak kandungnya menjadi bentuk perilaku penolakan. Kondisi penolakan akan berbeda bila orang tua memiliki motivasi dan dukungan dari dalam dirinya dan orang disekitarnya. Seperti halnya beberapa nilai-nilai yang diajarkan dalam sufistik seperti: sabar, syukur, mahabbah (kecintaan), dan ridho. Tujuan penelitian hanya untuk mengetahui proses penerimaan serta mengetahui gambaran atau pengalaman proses nilai sufistik dalam penerimaan orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas di MILB YKTM Budi Asih Semarang. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dengan teknik pengambil random sampling. Hasilnya, orang tua yang memiliki anak disabilitas membutuhkan waktu dalam proses penerimaannya. Fase penerimaan yang terjadi pada orang tua di MILB YKTM Budi Asih diantaranya: 1.) Marah 2.) Menyangkal 3.) Tawar-menawar 4.) Menerima. Bentuk nilai sufistik penerimaan orang tua dengan anak penyandang disabilitas yaitu ridho. Namun dalam implementasi nilai sufistik ridho, setiap subjek penelitian mengalami perbedaan satu sama lainnya.