Karakter orang ‘alim menurut Ibn ’Athâ’illâh al-Sakandarî
Al Ma’budi, Ubaidillah (2014) Karakter orang ‘alim menurut Ibn ’Athâ’illâh al-Sakandarî. Undergraduate (S1) thesis, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
074411001_coverdll.pdf - Accepted Version
Download (798kB) | Preview
074411001_Bab1.pdf - Accepted Version
Download (46kB) | Preview
074411001_Bab2.pdf - Accepted Version
Download (99kB) | Preview
074411001_Bab3.pdf - Accepted Version
Download (127kB) | Preview
074411001_Bab4.pdf - Accepted Version
Download (97kB) | Preview
074411001_Bab5.pdf - Accepted Version
Download (9kB) | Preview
074411001_Bibliografi.pdf - Bibliography
Download (30kB) | Preview
Abstract
Masyarakat sudah terbiasa mengenal dengan kecerdasan intelektual (IQ) bahkan sebagai kecerdasan utama, yang pada umumnya bisa memiliki kualitas yang tinggi. Kemudian disebut orang yang pintar. Padahal ada hal yang sama pentingnya juga dalam kecerdasan spiritual, ini sebagai bentuk kesadaran diri sebagai individu tentang asal, tujuan dan nasib. Sehingga akan lebih faham makna hidup secara utuh. Ini merupakan upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu (tazkiyah, tarbiyatul qulub).
Penelitian ini berjudul, “KARAKTER ORANG ‘ALIM MENURUT PEMIKIRAN IBN ‘ATHÂ’ILLÂH AL-SAKANDARÎ. Maka tidak lepas ada kaitannya dengan Dunia Tasawuf, tarekat memiliki aturan, prinsip, dan sistem khusus. Semua ini merupakan jalan usaha yang dilakukan manusia, untuk mencapai tujuan dengan keinginan sedekat mungkin dengan Allah Swt. Lambat laun akan berkembang praktek amaliahnya yang disistemasi oleh para sufi sedemikian rupa, dengan mempunyai metode sendiri-sendiri.
Ibn ‘Athâ’illâh dikenal sebagai master atau syaikh ketiga dalam lingkungan tarekat Syadziliyah setelah yang pendirinya Abu al Hasan Al Syadzili dan penerusnya, Abu Al Abbas Al Mursi. Dan Ibn ‘Athâ’illâh inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, do’a dan biografi keduanya, sehingga khazanahnya tarekat Syadziliyah tetap terjaga.
Penelitian pada skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat literer, berbentuk buku-buku yang terkait. Mengembangkan pemahaman dan wawasan yang menyeluruh tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dalam satu topik. Ini termasuk penelitian kualitatif. Dalam proses pelaksanaannya, sumber data diklasifikasikan dalam dua kategori, sumber data primer dan sumber data sekunder.
Hasil penelitian, bahwa menurut Ibn ‘Athâ’illâh seorang yang ‘Alim adalah yang dapat mengamalkannya ilmunya. Kemudian yang dimaksud kecerdasan intelektual menurut Ibn ‘Athâ’illâh adalah kecerdasan dalam pemahaman dan pengamalan ilmu. Sedangkan Kecerdasan spiritual menurut Ibn ‘Athâ’illâh adalah seseorang yang telah terkumpul dalam dirinya sifat al-faqr dan sifat al-khumul. Karena, orang yang memiliki kedua sifat itu adalah orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan cahaya makrifat kemanapun mereka berada dan berjalan. Fungsi ilmu menurut Ibn ‘Athâ’illâh, ini merupakan sebuah alat penerangan dalam menjalani dunia spiritual, dengan ilmu seorang salik akan mampu mencapai kesempurnaan dalam amalnya sehingga mampu untuk mencapai kecerdasan spiritual. Karena itu ilmu adalah merupakan kewajiban awal bagi seorang salik dalam menjalani dunia spiritual sehingga tanpa ilmu seorang salik tidak akan dapat mencapai akhirnya yaitu, Ma’rifatullah.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Ibn ’Athâ’illâh al-Sakandarî; Orang Alim; Ulama |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76236 - Tasawuf dan Psikoterapi |
Depositing User: | Nur yadi |
Date Deposited: | 02 Dec 2014 08:28 |
Last Modified: | 15 Jul 2021 02:30 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/2822 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year