Skripsi ini membahas pelaksanaan pembelajaran dengan tindakan kelas menggunakan metode pembelajaraan kooperatif Kancing Gemerincing. Kajiannya dilatarbelakangi siswa yang aktif pada proses pembelajaran dalam arti partisipasi aktif mudah mengkonstruksi pengetahuannya, terutama materi yang menuntut hafalan seperti asma al husna. Studi ini untuk menjawab permasalahan apakah melalui metode Kancing Gemerincing kemampuan menghafal lima arti al-Asma al-Husna pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Sukodono Kendal, dapat meningkat?. Permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukodono, Kendal. Datanya diperoleh dengan cara observasi, tes demonstrasi, dan catatan lapangan. Semua data dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan perkembangan hasil belajar siswa antar siklus.
Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Siswa kelas II SD Negeri Sukodono yang dibelajarkan dengan menggunakan metode kooperatif Kancing Gemerincing, kemampuan menghafal arti lima al-Asma al-Husna pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa meningkat. Pada awalnya yaitu pra siklus belum nampak adanya peningkatan kecepatan menghafal asmaul husna. Hanya 60% siswa yang mempunyai kecepatan menghafal lebih baik dari teman-temannya, namun setelah dicoba pada siklus I kemampuan menghafal arti lima al-Asma al-Husna menunjukkan peningkatan yang berarti, yaitu mencapai 80%, sedangkan pada siklus II nampak adanya perbedaan yang signifikan pada peningkatan pra siklus, siklus I, yaitu sebesar 90%. Ini artinya penerapan metode kancing gemerincing sangat tepat digunakan pada materi arti lima al Asma al Husna yang menuntut kemampuan dan kecepatan menghafal, (2) Kualitas pembelajaran pada materi asmaul husna yang dilaksanakan guru menunjukkan kualitas yang semakin meningkat. Guru tidak hanya terampil dalam memberikan penjelasan langkah-langkah penerepan metode kancing gemerincing, namun juga dapat menyusun RPP dengan metode kooperatif, adanya intervensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru memfungsikan diri sebagai fasilitator, pengawas, mediator. Aktifitas belajar lebih terfokus pada siswa, sehingga proses pembelajaran lebih memudahkan guru dengan hasil yang lebih maksimal dari penerapan metode tradisional.