Berbicara merupakan salah satu hal penting yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial untuk saling berinteraksi dengan sesamanya. Kemampuan berbicara tersebut tidak serta merta dikuasai manusia sejak lahir, akan tetapi perlu dilatih sejak dini. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh data awal yang menunjukkan minimnya kemampuan berbicara pada saat proses belajar mengajar kelompok B di RA Nurul Ulum Pasarbatang Brebes. Rendahnya kemampuan berbicara anak tersebut disebabkan karena kurangnya eksplorasi guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang unik, menarik, dan efektif, sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung membosankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) proses pembuatan wayang santri sebagai media belajar berbicara; dan 2) penerapan metode role playing bermediakan wayang santri dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak di RA Nurul Ulum Pasarbatang-Brebes.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana pada setiap siklusnya dilaksanakan dalam dua pertemuan. Subjek penelitian yang digunakan adalah anak kelompok B RA Nurul Ulum Pasarbatang Brebes, yang terdiri atas 20 anak. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 1) proses pembuatan wayang santri membutuhkan tiga aspek, yaitu bahan, alat, dan teknik pembuatan. Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatannya cukup sederhana dan dapat ditemukan di sekitar, seperti kardus/karton, lem, gunting, dan sebagainya. Sementara itu, teknik pembuatannya menggunakan perpaduan antara teknik konvensional dan digital; 2) kemampuan berbicara anak kelompok B di RA Nurul Ulum Pasarbatang Brebes meningkat setelah adanya tindakan yang dilakukan melalui metode role palying berbantuan wayang santri. Dimana sebelum dilakukan sebuah tindakan kemampuan berbicara anak hanya sebesar 61,67%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 74,72%, dan pada siklus II mencapai 90,56%.