Permasalahannya, yaitu bagaimana konsep menurut K.H. Abdurrahman Wahid tentang tradisional dan modern dalam Pendidikan Islam, serta bagaimana yang tradisional bisa dikolaborasi dengan iklim modern dalam Pendidikan Islam? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Gus Dur tentang relasi antara tradisional dan modern dalam Pendidikan Islam. Serta bagaimana paradigma Pendidikan Islam dalam menjawab tantangan dan permasalahan bangsa saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode library research. Metode dokumenter sebagai satu-satunya metode yang digunakan, yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa tulisan-tulisan yang mendukung penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa peran pesantren sebagai sebuah contoh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan Islam tradisional. Kemunculan sistem seperti itu agar apa yang menjadi tujuan dan bengunan peradaban masyarakatnya bisa terwujud sesuai dengan nilai-nilai Islami dan manusiawi. Yang mana lebih mengedepankan nilai-nilai luhur, warisan dari generasi pendahulunya. Seperti, landasan dalam menjalin interkasi baik dengan Allah sebagai hamba, ataupun dengan sesama dan lingkungan alam sebagai makhluk sosial.
Pengamalan ajaran islam ini harus memenuhi subtansi tanpa harus terbelenggu legalistiknya. Karena masing-masing memiliki wilayah dan bentuk penerapannya masing-masing. Dengan memperhatikan keseimbangan antara emosi (spirit) dan rasio. Kemudian, nilai-nilai luhur dalam suatu tradisi harus dilestarikan sejauh mungkin selama hal itu masih bisa bermanfaat bagi generasi bangsanya. Adapun hal-hal yang sudah tidak relevan dengan keadaan dan tuntutan disekitarnya harus di cari rumusan baru (dinamisasi). Agar penyelesaian yang dicapai tidak menghilangkan visi dari ajaran Islam. Kemudian untuk menanggapi adanya perubahan sosial dan tuntutannya (problem modern), di sini umat Islam menggunakan cara reinterpretasi (penafsiran ulang) untuk mencari rumusan dan bentuknya, namun orientasi dan pengamalan normatifnya tetap sama.
Peradaban Islam menurut Gus Dur ialah peradaban yang seharusnya bisa mengayomi semua orang secara cinta damai, karena ajaran agama Islam sebenarnya memiliki sifat yang ramah dan dinamis. Di samping itu sifat ajarannya yang holistik dan integral ini mengarahkan umatnya agar memahami ajaran-ajaran Islam dalam bentuknya yang memiliki ekletisme dan kosmopolitanisme. Kemudian di dukung juga dengan adanya butir-butir dalam pancasila sebagai falsafah kehidupan bagsa Indonesia. Gus Dur menghendaki agar jangkauan cakrawala terjauh dari pemikiran sesorang mampu menghasilkan karya dan inovasi penuh manfaat dan menjadikan pendidikan Islam sebagai kawah candradimuka. Untuk suatu kreasi dan Inovasi di dalamnya harus bisa memerankan teknologi dengan baik, agar garapannya terselesaikan dengan lebih efisien dan efektif. Oleh karenanya harus merumuskan program garapannya sesuai dengan kemampuan dan permasalahan yang sedang dihadapi terlebih dahulu, dengan begitu umat Islam akan menghindari sikap aroganisme dan radikalisme terhadap ajaran agama Islam dalam realitas sosial.