Skripsi ini membahas implementasi pembiasaan kegiatan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an) dalam pembentukan akhlak al-karimah siswa di MI Al-khoiriyyah 1 semarang. Dalam kajiannya dilatarbelakangi oleh penerapan pembiasaan kegiatan TPQ sebagai salah satu model pembelajaran membaca al-Qur’an yang pada umumnya kegiatan TPQ hanya dipandang sebagai sebuah tambahan jam pelajaran saja. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana implementasi pembiasaan kegiatan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an) dalam pembentukan akhlak al-karimah siswa di MI Al-Khoiriyyah 1 Semarang. (2) Apakah ada problematika yang dihadapi dalam menerapkan pembiasaan kegiatan TPQ dalam pembentukan akhlak al-karimah siswa di MI Al-Khoiriyyah 1 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data diantaranya: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data deskriptif, yakni metode analisis data yang berupa kata-kata atau kalimat, gambar dan bukan angka.
Kajian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) implementasi pembiasaan itu dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap hari tepat jam 07.55-08.35 kegiatan TPQ dimulai yang berlangsung selama 40 menit. Cara belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan model TPQ dengan metode qiroati dimana setiap siswa dimoving atau di pindah kelas yang diatur sesuai jilidnya, untuk penentuan jilid dan kenaikan jilid siswa telah diuji terlebih dahulu oleh penguji khusus. Dan ini sangat sesuai untuk bentuk pembelajaran budaya Islami pada peserta didik, karena pada usia ini peserta didik mempunyai sifat yang mudah meniru dan pembentukan jati yang sebenarnya. Dengan melalui pembudayaan Islami ini akhlak peserta didik di MI Al-Khoiriyyah 1 Semarang sudah mulai tertata sesuai dengan tujuan, visi, dan misi dari madrasah tersebut. (2) Namun itu semua tidak luput dari sebuah hambatan dalam proses penerapannya. Diantaranya SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mengampu pembelajaran al-Qur’an ada standar kualifikasi harus bersyahadah namun dalam praktik di lapangan ada sebagian guru yang belum bersyahadah, kemampuan siswa dalam mengaji untuk kenaikan jilid mengalami waktu yang lama, dan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar. Dari beberapa problematika tersebut maka pihak madrasah dan guru mengambil beberapa langkah yang memberikan solusi. Diantaranya adalah: Adanya KKG (kelompok kerja guru) apabila ada permasalahan maka dipecahkan secara bersama, dan bagi siswa yang sulit atau lama dalam kenaikan jilid dalam pembelajaran al-Qur’an maka diadakan penanganan secara khusus pada anak-anak seperti itu, ditempatkan di kelas khusus sehingga bisa dimaksimalkan.