Skripsi ini membahas tentang teknik supervisi pengawas PAI terhadap guru MA. Kajiannya dilatarbelakangi oleh fenomena dimana jumlah pengawas dan sekolah/madrasah yang angat tidak seimbang. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1)Apa teknik supervisi yang dilaksanakan pengawas PAI terhadap guru MA di Kabupaten Batang? (2)Berapa frekuensi teknik supervisi yang dilaksanakan pengawas PAI terhadap guru MA di Kabupaten Batang? (3) Bagaimana pelaksanaan teknik supervisi pengawas PAI terhadap guru MA di Kabupaten Batang?. Pendekatan dalam penelitian ini kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data wawancara, observai dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara reduksi, penyajian data dan verifikasi data.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Teknik supervisi yang dilakukan pengawas PAI terhadap guru Madrasah Aliyah antara lain observasi kelas, rapat, pertemuan individu, evaluasi diri, menulis profesional, membaca profesional, orientasi, panitia, demonstrasi mengajar, workshop, field trips for personnel, organisasi profesi, dan tukar menukar pengalaman. Ada juga beberapa teknik yang belum dilaksanakan oleh pengawas PAI terhadap guru MA di Kabupaten Batang seperti buletin supervisi, kunjungan antar guru, laboratorium kurikulum, perpustakaan profesional dan seminar. Hal ini terjadi karena dana dari Kemenag untuk kebutuhan pembinaan guru sangat sedikit, kerja yang overload sehingga waktu pengawas sangat minim dan panduan atau sosialisasi oleh berbagai pihak mengenai teknik supervisi yang masih kurang. (2) Frekuensi teknik yang dilaksanakan pengawas PAI terhadap guru MA di Kabupaten Batang ada yang dilaksanakan beberapa kali dalam satu semester, ada yang dilaksanakan satu kali dan ada juga yang dilaksanakan secara insidentil atau sesuai dengan kegiatan yang ada. Teknik yang dilaksanakan beberapa kali dalam satu semester antara lain: observasi kelas, rapat guru, pertemuan individu, dan diskusi. Teknik supervisi yang dilaksanakan secara insidentil antara lain organisasi profesi (KKG, KKKM), workshop, dan tukar menukar pengalaman. (3) Pelaksanaan teknik supervisi biasanya dilakukan pengawas secara spontan dan tidak sesuai dengan rencana pada program, baik pada program tahunan, semester atau pun RKA (Rencana Kepengawasan Akademik). Hal ini karena terlalu banyak madrasah yang dibina dan ada pengawas yang membuat program secara umum walaupun ada pengawas yang membuat program per madrasah. Pelaksanaan teknik supervisi yang spontan berdampak pada pembinaan pada guru yang cenderung dengan teknik itu-itu saja sehingga membuat guru bosan dengan kegiatan supervisi.

Beberapa saran peniliti kepada: (1) Ketua Kemenag Kabupaten Batang dan Ketua Pokjawas agar memberikan panduan atau sosialilasi mengenai teknik supervisi. (2) Pengawas PAI Kabupaten Batang agar melaksankaan teknik supervisi sesuai dengan rencana yang tertulis dalam program semester maupun dalam RKA.